Rabu, 07 Desember 2016 08:50 WIB

Israel Dianggap Gunakan Taktik Nazi

Editor : Eggi Paksha
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Tuduhan pemerintah Israel bahwa warga minoritas Arab sebagai pelaku kebakaran hebat dengan "label terorisme" telah dikecam anggota parlemen Israel, Aida Touma-Sliman.

Tuduhan yang disertai hasutan untuk melawan minoritas oleh pemerintah Israel dinilai politisi itu sebagai penerapan taktik Nazi.

Nazi melalui menterinya Josef Goebbels pernah menggunakan taktik penyebaran propaganda bohong untuk menghasut perlawanan terhadap etnis Yahudi di era Perang Dunia II.

Sliman, politisi dari kalangan minoritas Arab, mencatat pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan, Menteri Pendidikan Naftali Bennett dan Menteri Kebudayaan Miri Regev yang menyalahkan warga minoritas Arab atas gelombang kebakaran di Israel.

”Yang mengatakan (mereka) itu semua,” katanya kepada The Jerusalem Post, Selasa (6/12/2016). ”Masalahnya bukan tuduhan itu sendiri, tapi berapa kali kampanye rasisme ini (telah) dikobarkan,” ujarnya.

”Ini adalah (penggunaan) metode Goebbels yang penuh kebohongan dan dusta, dan akhirnya orang akan percaya sesuatu,” lanjut dia.

Sliman mengatakan, menyalahkan warga minoritas Arab atas kebakaran di Israel merupakan hal yang tidak adil. Tuduhan itu, kata dia, akan memanaskan hubungan antara mayoritas Yahudi dan minoritas Arab di Israel.

Erdan dan Regev selama beberapa hari terakhir menyatakan bahwa terorisme adalah penyebab utama dari kebakaran. Sebanyak 39 orang ditangkap karena dicurigai melakukan pembakaran setelah kebakaran mulai terjadi pada 18 November. Menurut Channel2, setidaknya 29 orang telah dibebaskan.

Menurut Sliman, Netanyahu pernah menghasut orang-orang Israel untuk melawan warga minoritas Arab di masa lalu, termasuk setelah penembakan mematikan di Tel Aviv pada bulan Januari dan pada hari pemilu pada Maret 2015. Netanyahu kemudian meminta maaf atas pernyataan yang dia buat.

”Jika Anda berbohong, sesuatu yang akan tinggal di dalam kesadaran atau bawah sadar dari orang-orang adalah yang kemudian bagaimana itu akan bekerja,” ujar Sliman.

”Ini kembali mengungkapkan wajah rasis jelek pemerintah. Jika Anda adalah pemimpin, perdana menteri, maka tentu saja Anda bertanggung jawab untuk semua yang dikatakan menteri Anda, (dan) apa yang Anda katakan,” imbuh Sliman.

Kantor Netanyahu tidak menanggapi permintaan untuk komentar. Namun juru bicara Regev membela diri atas pernyataan yang membandingkan kebakaran beberapa hari lalu dengan pembantaian komunitas Yahudi Hebron tahun 1929.

”Menteri membandingkan antara serangan teroris di masa lalu dan terorisme hari ini. Kedua mencoba untuk membakar, membunuh dan melukai orang-orang Yahudi,” kata juru bicara Regev.

Mohammed Barakeh, Ketua Komite Tinggi Follow-Up Arab, mengatakan bahwa pihaknya akan meminta Jaksa Agung Avichai Mandelblit untuk menyelidiki Netanyahu atas hasutan yang dia buat.

“Netanyahu tahu kebenaran. Dia bukan orang pribadi (biasa), dia memiliki akses ke sumber-sumber intelijen. Menghasut rasisme dan impugning seluruh masyarakat tidak tercakup dalam kebebasan berekspresi,” ujarnya.

Dari tiga orang yang didakwa atas pembakaran, dua di antaranya anak di bawah umur. Dalam kasus ketiga, terdakwa Ali Mahajane, 24, membakar sampah di dekat rumahnya di Umm el-Fahm. Dia mengatakan bahwa dia melakukan ini karena kurangnya layanan pembuangan sampah di kota tersebut.(exe/ist)
0 Komentar