Rabu, 21 Desember 2016 07:10 WIB

Diktator Muda Korut Terancam Digulingkan

Editor : Eggi Paksha
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Banyak uang kertas Korea Utara (Korut) yang ditulisi pesan “gulingkan Kim Jong-un” tersebar di jalan-jalan di sebuah kota di Provinsi Hamgyong Utara.

Sekitar 5 ribu warga Korut menemukan uang kertas itu. Selain tulisan “gulingkan Kim Jong-un” ada juga tulisan “Hukum Kim Jong-un” di beberapa uang kertas yang tersebar.

Belum jelas, siapa penyebar uang kertas dalam jumlah banyak dengan pesan berani untuk menentang diktator muda Korut tersebut.

Tak hanya tulisan anti-Kim Jong-un yang bermunculan di uang kertas. Selebaran dan grafiti berisi kritikan terhadap Kim Jong-un juga bermunculan di Distrik Pochon, Provinsi Ryanggang dan di Kota Chongjin Provinsi Hamgyong Utara.

Dua insiden terungkap dalam waktu yang tak berselang lama, yakni antara akhir November dan awal Desember. Pemerintah Korut mencurigai menyebarnya pesan itu sebagai upaya terkoordinasi untuk melawan rezim Kim Jong-un.

“Tampaknya bahwa niat itu secara bersamaan mengkritik Suryong (Kim Il Sung) dan Pemimpin Tertinggi (Kim Jong Un).

Yang tertangkap akan memicu hukuman ekstrem bagi pelaku, sebagai individu serta tiga generasi keluarga mereka akan dihukum mati atas kejahatan politik,” kata seorang sumber pemerintah di Provinsi Ryanggang kepada Daily NK.

Kim Jong-un, pemimpin tertinggi dari Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi dari Korut—telah memimpin negara itu selama lima tahun terakhir. Pemerintahannya didominasi oleh program nuklir dan rudal agresif yang memicu kecaman keras dan sanksi ketat dari PBB dan sejumlah negara.

Belum ada laporan penangkapan setelah uang kertas berisi tulisan “Gulingkan Kim Jong-un” dan “Hukum Kim Jong-un” itu tersebar di jalan-jalan di Kota Hoeryong, Provinsi Hamgyong Utara.

“Orang yang menggunakan bolpoin untuk coretan pesan di atas gambar dari Kim Il-sung,” kata sumber tersebut.

Kim Il-sung adalah kakek Kim Jong-un dan mantan pemimpin tertinggi Korut. Kim Il-sung memerintah Korut selama lebih dari empat dekade sejak berdirinya negara itu pada tahun 1948. Dia meninggal pada tahun 1994.

”Segera setelah menemukannya, petugas Departemen Keamanan Negara di kota dikerahkan untuk bergerak cepat dan diam-diam mengumpulkan bukti,” imbuh sumber itu menggambarkan respons cepat dari rezim Kim Jong-un terkait adanya reaksi penentangan dari rakyatnya.

Sumber lain di Provinsi Hamgyong Utara mengatakan bahwa aparat di Departemen Keamanan Negara diam-diam dimobilisasi pejabat intelijen.

”Untuk menyelidiki insiden, menginterogasi warga dan melakukan analisis tulisan tangan. Tapi, mereka belum mampu untuk menangkap pelakunya,” ujar sumber tersebut, seperti dikutip IB Times, semalam (19/12/2016).(exe/ist)
0 Komentar