Sabtu, 17 Juni 2017 08:32 WIB

ISIS Terancam Balas Dendam di Eropa

Editor : Yusuf Ibrahim
Abu Bakr al-Baghdadi. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Publik Eropa bisa menyaksikan serangan balasan oleh simpatisan ISIS, jika laporan kematian pemimpin kelompok itu benar.

Militer Rusia mengklaim serangan mereka di Raqqa, Suriah, menewaskan pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.

Potensi Eropa sebagai target balas dendam para pendukung ISIS dikemukakan analis kontra terorisme, David Otto, kepada IBTimes UK, Sabtu (17/06/2017).

Baghdadi diklaim militer Moskow terbunuh oleh serangan udara pada 28 Mei 2017 di Raqqa. Pentolan ISIS itu dilaporkan sedang ikut pertemuan dengan para komandan ISIS saat serangan udara diluncurkan Moskow.

”Menurut informasi yang diperiksa melalui berbagai saluran, pemimpin ISIS Ibrahim Abu Bakr al-Baghdadi, terbunuh akibat serangan tersebut, karena juga hadir dalam pertemuan,” kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan, pada hari Jumat.

Namun, koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) skeptis dengan kematian al-Baghdadi.”Kami tidak bisa memastikan," kata juru bicara koalisi Kolonel John Dorrian yang mengaku belum bisa mengonfirmasi kematian pentolan Islamic State atau ISIS tersebut.

Menurut Otto, serangan balas dendam ISIS tak bisa diremehkan para pejabat keamanan Eropa. Pada tahun 2015, Dinas Keamanan Inggris, MI5, siaga tinggi karena khawatir dengan serangan balas dendam oleh orang-orang yang fanatik dengan ISIS setelah milisi Inggris-Arab yang dikenal sebagai ”Jihadi John” terbunuh oleh serangan pesawat nirawak.

“Yang benar adalah bahwa kematian Baghdadi akan membangunkan sel-sel tidur di seluruh Eropa sebagai reaksi langsung terhadap kematiannya,” kata Otto.

”Rusia akan menjadi pilihan langsung untuk target, tapi ISIS tidak mau diprediksi,” lanjut dia.

”Serangan acak dan tidak terorganisir terhadap sasaran lunak dan keras yang menggunakan senjata improvisasi pasti akan umum dilakukan oleh mereka yang terinspirasi oleh kepemimpinannya (Baghdadi).”

Kedutaan Besar Rusia di London menolak berkomentar. Sementara itu, Kementerian Pertahanan di Rusia tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar.

Pemerintah Inggris juga menolak untuk mengomentari spekulasi yang dibuat oleh Otto. Meski aksi ISIS sulit ditebak, namun Inggris dalam beberapa bulan ini jadi langganan serangan teror, di mana serangan terbaru terjadi di London Bridge yang menewaskan sejumlah orang.

”Sejak munculnya ancaman terorisme yang terinspirasi oleh ISIS, negara kita telah membuat kemajuan yang signifikan dalam mengganggu plot dan melindungi masyarakat,” kata Perdana Menteri Inggris Theresa May dalam sebuah pernyataan.

“Tapi sekarang sudah cukup untuk mengatakan cukup, semua orang perlu menjalani hidup mereka seperti biasanya, masyarakat kita harus terus berfungsi sesuai dengan nilai-nilai kita, tapi ketika menghadapi ekstremisme dan terorisme, ada hal yang perlu diubah,” tegas May.

“Sebagai sebuah negara, tanggapan kita harus seperti dulu ketika kita dihadapkan dengan kekerasan. Kita harus berkumpul, kita harus bersama, dan bersatu untuk melawan dan mengalahkan musuh kita,” imbuh pernyataan PM Inggris tersebut.(exe/ist)


0 Komentar