Minggu, 18 Juni 2017 15:42 WIB

Sepenggal Kisah Munari Seorang Porter Stasiun Gambir

Reporter : Evi Ariska Editor : Hendrik Simorangkir
Munari Seorang Porter Stasiun Gambir. (Foto: Evi Ariska)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Jelang Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah/2017, Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, mulai dipadati oleh para pemudik. Keramaian tersebut pun dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mencari nafkah.

Para pencari nafkah tersebut dikenal dengan sebutan 'Porter' atau pengantar barang. Nasib mereka bergantung kepada situasi stasiun, yang mana jika stasiun sepi mereka akan membawa uang seadanya, namun menjelang Lebaran keadaan stasiun semakin ramai dipenuhi para pemudik maka semakin banyak pula rezeki yang didapatkan oleh para Porter.

Banyak sekali orang yang mengira bahwa pekerjaan mengantar barang itu sangat mudah. Namun kenyataan tak seperti apa yang dijalani oleh Munari (48), pria yang telah bekerja sebagai Porter selama kurung waktu lima tahunan lebih ini mengaku tak mempunyai pilihan lain.

"Capek ya pasti, tapi namanya cari nafkah buat keluarga ya capeknya disampingkan dulu. Yang penting anak dan istri bisa makan," kata pria yang memiliki anak dua itu, Minggu (18/6/2017).

Ditengah-tengah teriknya matahari, Munari masih bekerja mengangkat barang-barang penumpang sambil menjalankan ibadah puasa. Diakuinya, menjadi seorang Porter bukanlah pilihan hidup melainkan takdir yang membawanya, mengingat dirinya hanya bermodalkan ijazah Sekolah Dasar (SD).

"Ingin mbak kerja yang lebih ringanan, tapi bagaimana, saya juga ijazahnya cuma SD, nyari kerja susah di Jakarta, apalagi lulusan SD," keluhnya kepada Tigapilarnews.com.

Dari hasil mengangkat barang setiap harinya, ternyata penghasilan Munari tidak sebesar tetesan keringat yang jatuh dari badan kroposnya. Ia hanya mengharapkan hasil dari kebaikan hati sang penumpang tanpa mematok harga.

"Ya kadang Rp 10 ribu, Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu. Tergantung penumpangnya saja mbak kasih berapa. Kalau baik ya saya pernah dikasih Rp 50 ribu," ungkapnya.

Meski demikian, bermodalkan penghasilan yang pas-pasan, pria kelahiran Wonosobo ini mampu menyekolahkan kedua anaknya yang sekarang sedang menduduki bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Ya Alhamdulillah saja, anak saya bisa sekolah. Yang satu masih SD dan kedua SMP," tandasnya.


0 Komentar