Sabtu, 19 Agustus 2017 08:26 WIB

AS Miliki Kepentingan Strategis Bertahan Lama di Suriah

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi militer Amerika Serikat. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Milisi Suriah sekutu utama Washington mengatakan militer Amerika Serikat (AS) akan tetap berada di Suriah utara dalam jangka waktu yang lama setelah ISIS dikalahkan.

Mereka juga memprediksi hubungan yang bertahan lama dengan wilayah yang didominasi Kurdi.

Juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS, sebuah aliansi milisi yang didominasi oleh YPG Kurdi, Talal Silo yakin bahwa AS memiliki kepentingan strategis untuk bertahan di Suriah.

"Mereka memiliki kebijakan strategi selama beberapa dekade yang akan datang. Akan ada kesepakatan militer, ekonomi dan politik dalam jangka panjang antara pimpinan wilayah utara Suriah dan administrasi AS," ucap Silo seperti dikutip dari Reuters, Jumat (18/08/2017).

Silo mengatakan: "Orang-orang Amerika memiliki kepentingan strategis di sini setelah akhir Daesh," menggunakan istilah untuk merendahkan ISIS."

"Mereka baru-baru ini merujuk pada kemungkinan untuk mengamankan daerah guna mempersiapkan bandara militer, ini adalah permulaan - mereka tidak memberikan dukungan hanya untuk pergi. AS tidak memberikan semua dukungan ini secara gratis," sambung Silo.

Dia menyarankan Suriah utara bisa menjadi basis baru bagi pasukan AS di wilayah tersebut. "Mungkin bisa ada alternatif untuk basis mereka di Turki," tambahnya mengacu pada pangkalan udara Incirlik.

Kepala YPG mengatakan bulan lalu bahwa AS telah mendirikan tujuh pangkalan militer di wilayah utara Suriah yang dikendalikan oleh YPG atau SDF, termasuk sebuah pangkalan udara utama di dekat Kobani, sebuah kota di perbatasan dengan Turki.

Koalisi tersebut mengatakan bahwa pihaknya tidak membahas lokasi pasukannya, dengan alasan keamanan operasional.

Wartawan Reuters telah melihat helikopter militer Blackhawk dan Apache lepas landas dari sebuah pabrik semen di sebelah tenggara kota Kobani, sebuah kota Kurdi di perbatasan dengan Turki.

Washington di bawah pemerintahan presiden AS, Donald Trump yang baru mulai membagikan senjata ke YPG pada bulan Maret menjelang serangan terakhir di kota Raqqa, membuat geram Turki yang tidak berhasil melobi Washington untuk meninggalkan SDF.

Meskipun kepercayaan diri SDF bahwa pasukan AS akan tetap tinggal, ada kekhawatiran bahwa Washington tidak akan memberikan dukungan yang cukup kepada pasukan sekutu YPG dan dewan sipil yang mengendalikan Suriah timur laut.(exe/ist)


0 Komentar