Sabtu, 09 September 2017 18:24 WIB

FPTI Paparkan Peluang Indonesia di Olimpiade Tokyo

Editor : Yusuf Ibrahim
Pelaksanaan test event Asian Games 2018 yang dirangkai dengan 1st National Series di Cikole, Bandung, Jawa Barat. (foto Esa/Tigapilarnews.com)

Bandung, Tigapilarnews.com- Panjat tebing menjadi cabang olahraga (cabor) baru yang akan dipertandingkan di Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang.

Hal itu bisa dipastikan menyusul keputusan resmi Komite Olimpiade Internasional (IOC). Selain panjat tebing, ada empat cabor baru yang dipertandingkan di Olimpiade 2020, yakni bisbol/sofbol, selancar, karate dan skateboard. Kelima cabor tersebut sebetulnya bukan kali pertama masuk Olimpiade.

Berbeda dengan panjat tebing, sofbol/bisbol pernah dimainkan di Olimpiade sepanjang 1992-2008. Sementara selancar pernah dipertandingkan di Paris pada 1990.

“Pertandingan di Olimpiade menggunakaan format berbeda, karena olimpic games. Artinya, seorang atlet harus bertanding atau menguasai tiga nomor sekaligus, yakni Lead, Boulder dan Speed. Meski demikian, kita bersyukur karena ini gebrakan baru,” papar Ketua Panpel test event panjat tebing untuk Asian Games 2018 sekaligus Ketua Bidang Kompetisi Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI), Rudy Fitriano, kepada Tigapilarnews.com saat ditemui ketika test event Asian Games 2018 yang dirangkai dengan 1st National Series di Cikole, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (09/09/2017) petang.

“Infomasi dari Presiden Federasi Olahraga Panjat Internasional (IFSC), di Olimpiade 2024, panjat tebing tidak mau itu, inginnya jadi 10 nomor event.  Tapi karena kita baru dipertandingkan di 2020, sangat membutuhkan kerja keras dari pengurus-pengurus kita di internasional untuk terus memperjuangkan itu,” tuturnya.

Dengan menjadi cabor resmi Olimpiade, panjat tebing juga diharapkan bisa dilombakan kembali di SEA Games 2019 di Filipina. Sedangkan terkait peluang Indonesia yang dinilai berat, namun PP FPTI tetap optimis demi melanggengkan pembinaan.

“Indonesia bisa berbicara di nomor Speed yang diperhitungkan dunia. Pokoknya, mental atlet asing pasti goyang kalau melihat atlet kita yang turun.  Tapi untuk Olimpiade (2020), memang sangat berat. Utamanya, karena kuotanya untuk Asia hanya dua,  satu putra dan putri.  Tidak ada negara yang berani bilang atau menjamin bisa masuk, khususnya dari Asia. Saingan terberat kita dari Jepang, Cina dan Korea. Karena itu, kita terus merancang strategi-strategi. Paling tidak, kita bisa berprestasi dengan memperbanyak event,” tambahnya.

“Dengan begitu, atlet banyak kesempatan berlatih dan mempersiapkan diri. Salah satunya dengan National Series, seperti ini di Cikole, yang diharapkan bisa digelar sebanyak empat kali dalam satu tahun, ini berbeda dengan Kejurnas,” imbuhnya.

Karena itu, Rudy juga berharap venue panjat di Palembang bisa dimanfaatkan secara luar biasa usai pelaksanaan Asian Games 2018.

 “Insya Allah dibangun sesuai standar ataupun lisensi internasional yang setelah ini (Asian Games), diharapkan pemerintah pusat dan daerah memberikan dukungan untuk melaksanakan event-event sekelas Asia maupun internasional atau dunia. Kami juga selalu siap. Kami juga sudah susun rencana kerjanya, salah satu lewat Rakernas di Mamuju, pada Oktober nanti. Kita akan ajukan presentasi apabila ada pertemuan-pertemuan di IFSC. Kami snagat berharap adanya event seperti Piala Dunia, games, Kejuaraan Asia atau Youth Asian Champions,” pungkasnya. (exe)


0 Komentar