Senin, 25 September 2017 06:05 WIB

Setara Institute: Panglima TNI Cari Perhatian Publik

Editor : Rajaman
Presiden Jokowi dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sepanjang September ini terus mencari perhatian publik dengan pernyataan-pernyataan kontroversial mengandung permusuhan, destruktif, dan di luar kepatutan seorang Panglima TNI. ‎

‎Selain isu Partai Komunis Indonesia (PKI), pemutaran film G30S/PKI, perang pernyataan dengan Menteri Pertahanan, pengukuhan diri sebagai Panglima yang bisa menggerakkan dan memerintahkan apapun pada prajuritnya, adalah akrobat politik Panglima TNI yang sedang mencari momentum politik untuk mempertahankan eksistensinya jelang masa pensiun. ‎

Menurut Ketua Setara Institute, Hendardi, berbagai kontroversi  dilakukan Panglima TNI, secara eksplisit terlihat kuat isu kebangkitan komunisme ternyata datang dari anasir-anasir TNI. Isu pembelian senjata, selanjutnya digunakan untuk membenarkan tindakan-tindakan efensif lanjutan institusi TNI. 

"Cara Gatot Nutmantyo memimpin TNI adalah yang terburuk sepanjang era reformasi," kata Hendardi dalam keterangan pers, Minggu (24/9/2017). ‎

Lebih lanjut Hendardi mengatakan, hal ini bukan karena melakukan pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan secara terbuka, tetapi karena membawa kembali TNI berpolitik bahkan dengan mengorbankan koeksistensi antarinstitusi negara seperti Polri, BIN, dan Kemenhan. 

Sebab itu, Hendardi mengimbau Presiden Jokowi mesti berhati-hati mengambil sikap atas Panglima TNI. 

"Karena Panglima TNI sedang mencari momentum untuk memperkuat profil politik bagi dirinya, maka tindakan atas Gatot Nurmantyo haruslah merupakan tindakan normatif dan biasa-biasa saja, sehingga cara-cara politik yang tidak etis yang sedang diperagakannya secara perlahan menjadi layu sebelum berkembang," pungkasnya. ‎


0 Komentar