Senin, 16 Juli 2018 13:53 WIB

MCU Empat Kali, PP-ITKON Harap Atlet Para Games Tembus Posisi Lima Besar

Editor : Yusuf Ibrahim
Kepala PP-ITKON, Edi Nurinda Susila (batik coklat). (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kemenpora kembali memberikan perhatian kepada atlet-atlet difabel. 

Terbukti, sekitar 300 atlet dari 18 cabang olahraga yang akan tampil di ajang Asian Para Games 2018, mengikuti Medical Check Up (MCU) yang digelar Pusat Pengembangan Iptek dan Keolahragaan Nasional (PP-ITKON) Kemenpora, Solo, Jawa Tengah, 13-14 Juli.

Pemeriksaan MCU oleh PP-ITKON tersebut dilakukan di dua hotel, yakni Alana dan Sahid Raya. Pemeriksaannya meliputi cek darah lengkap dan EKG.

Menurut Kepala PP-ITKON, Edi Nurinda Susila, MCU terhadap atlet Asian Paragames dilakukan dalam upaya memonitor derajat kebugaran dan kesehatan atlet difabel, mendeteksi sedini mungkin gejala yang timbul akibat latihan, serta untuk mempertahankan kondisi kesehatan atlet hingga akhir pertandingan.

Namun berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya, MCU untuk atlet Asian Para Games akan dilaksanakan empat kali. “Untuk ASEAN Games Singapura lalu, MCU hanya dilakukan dua kali. Namun untuk Asian Para Games, Indonesia sebagai tuan rumah, kita melakukan MCU empat kali. Dengan MCU empat kali, kami berharap para atlet mampu memperoleh hasil maksimal saat bertanding,” kata Edi Nurinda saat membuka secara resmi MCU di Solo yang bertajuk ‘Tes Pengukuran Aport Science Atlet Elite Asian Paralimpic Games”.

“Kami berharap dengan adanya MCU ini, atlet Para Games Indonesia bisa meraih hasil maksimal. Kami berharap mereka bisa menembus posisi lima besar Asia,” ucap Edi bersemangat.

“Karena Asian Para Games baru akan berlangsung pada 6-13 Oktober mendatang, kami perkirakan tiga MCU lainnya akan kami laksanakan setiap 22 hari sekali di Solo,” tukasnya.

Dia menjelaskan, dengan data medis yang dimiliki PP-ITKON, para pelatih akan lebih mudah melakukan pembinaan terhadap para atlet. Para pelatih juga bisa mengetahui apakah atlet yang ditanganinya dalam keadaan bugar atau sakit, lanjutnya.

Pada kesempatan yang sama, Rima Ferdianto dari National Paralympic Committe (NPC) meminta seluruh para atlet memanfaatkan momen pelaksanaan MCU oleh PP-ITKON Kemenpora sebaik mungkin.

“Saya berharap seluruh atlet Para Games melakukan pemeriksaan ini. Jangan sia-siakan apa yang telah dibnerikan PP-ITKON Kemenpora. MCU ini sangat penting. Hasil dari MCU ini bisa dipakai sebagai rujukan oleh para pelatih dari masing-masing cabang olahraga,” jelas Rima.

Dari 18 cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Asian Para Games 2018 antara lain, voli duduk, anggar kursi roda, ten pin boling, renang, catur, judo, angkat beban, menembak, basket kursi roda, dan tenis kursi roda.

Sementara itu Apri, marketing Laboratorium Klinik Cito mengatakan, ini merupakan ketiga kalinya Klinik Cito dipercaya Kemenpora untuk melakukan MCU.

“Kita dipercaya menangani MCU untuk atlet difabel karena memenangkan tender secara terbuka. Kami juga memberikan harga yang spesial untuk kegiaatan ini,” tukas Apri.

Sementara itu, dari dua tempat pelaksanaan MCU, Tim Medis Kemenpora dan Labolatorium Klinik Cito yang bertugas di Hotel Alana sempat direpotkan oleh para atlet yang takut dengan jarum suntik.

Bermula ketika peraih medali emas Peparnas 2016 di Bandung untuk catur tuna daksa, Sutikno (Jateng) tiba-tiba tak sadarkan diri. Ternyata atlet kelahiran Kediri ini, takut dengan jarum suntik,

Sutikno yang sebelumnya takut disuntik, namun karena tahu betapa pentingnya MCU untuk dirinya, tak lama berselang dia berusaha melawan rasa takutnya. Dia pun berani menghadapi jarum suntik. “Saya takut disuntik. Tadi setelah melihat tiga orang teman saya disuntik, saya takut sekali,” kata Sutikno setelah dia siuman.

Kondisi nyaris serupa juga terjadi pada Leli, atlet tenis meja dengan kursi roda. Walaupun sempat menmjerit-jerit karena ketakutan, akhirnya Leli juga berani disuntik dan diambil darahnya. Atlet tenis meja dengan kursi roda ini, selalu berontak ketika tim medis akan mengambil darah dari salah satu lengannya.

Leli memang sempat batal diambil darahnya. Namun berkat dukungan dan rayuan dari rekannya, atlet bertubuh kecil itu akhirnya berani disuntik.

Ketakutan serupa juga terlihat dari atlet lain yang akan disuntik untuk diambil darahnya. Namun akhirnya mereka berani.


0 Komentar