Kamis, 13 September 2018 19:26 WIB

Liga Junior Sudden Death Indonesia Digelar di Simprug

Editor : Yusuf Ibrahim
Taufik Jursal Effendy. (foto istimewa)
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Timnas Indonesia U-23 gagal memenuhi target saat tampil di Asian Games 2018 yang baru saja berakhir pada Minggu (2/9/2018).
 
Kegagalan Timnas Indonesia ke semifinal Asian Games, yang jadi target PSSI, bukan karena permainan buruk. Saat melawan Uni Emirat Arab di 16 besar cabor sepak bola Asian Games 2018, Timnas Indonesia tidak bermain buruk. Bahkan Stefano Lilipaly dan kawan-kawan mampu menyamakan skor setelah dua kali tertinggal.
 
Namun Timnas Indonesia U-23 tak bisa berbuat banyak saat adu tendangan penalti. Kematangan beberapa pemain dalam mengeksekusi tendangan penalti juga kesiapan kiper terlihat buruk.
 
Hal ini membuat manajer Akademi La Liga atau EDF La Liga Academy, Taufik Jursal Effendy tergugah. Penggiat sepak bola usia muda ini menggandeng Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI) dan Club Pecinta Sepak Bola Mahasiswa (CPSM) untuk menggelar Liga Junior Sudden Death Indonesia (LJSI) atau Indonesia Junior Sudden Death League pada 20-21 Oktober 2018.
 
"Adu penalti sering menjadi faktor yang menggagalkan timnas Indonesia melaju di sebuah kejuaraan. Maka itu, mental pemain-pemain muda harus mulai dibentuk sejak dini untuk berani adu penalti," kata Taufik Jursal.
 
Liga Junior Sudden Death Indonesia akan mempertandingkan kategori usia U-11 dan U-13. Maksimal 40 SSB direncakan bakal mengikuti pertandingan berdurasi 2x 15 menit di lapangan Simprug, Pertamina ini. "Dengan liga ini, tidak ada hasil imbang. Setiap kali hasil imbang bakal langsung digelar adu penalti," ujar pria yang akrab disapa Taufik Uban ini.
 
Taufik mengatakan, LJSDI tak hanya melatih pemain untuk memiliki mental yang bagus dalam menendang penalti. Namun liga yang konon pernah diterapkan di J League Jepang ini juga akan melatih seorang kiper sejak usia dini untuk menangkis penalti dengan baik.
 
"Septian David dan Saddil Ramdani pemain yang bagus di Timnas Indonesia. Mereka bukan pemain yang jelek, tapi kenapa saat menendang penalti jadi salah. Itulah yang harus diperbaiki dari pemain-pemain muda kita. Tendangan penalti itu bagian dari permainan, jadi harus masuk dalam setiap metode pelatihan," urai Taufik.
 
Dia menyayangkan beberapa pelatih hanya berlatih penalti untuk sebuah kejuaraan saja. Dia berharap pelatih-pelatih di Indonesia bisa memasukkan penalti sebagai program inti dalam latihan, termasuk teknik-teknik bermain sepak bola lainnya. CP. Rohili .CR 08159225455. Main 2x 15menit .Seri langsung penalty. Tiap pool diisi 3 SSB.Juara Pool maju fase knokout. 2x 7menit. Sabtu U11 (2008). Minggu U13 (2006). (exe/ist)

0 Komentar