Selasa, 29 Maret 2016 12:31 WIB

DPR: Pemerintah Tak Perlu Turuti Permintaan Abu Sayyaf

Editor : Hermawan
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Ketua Komisi I DPR Mahfudz Sidiq meminta kepada pemerintah untuk tidak menuruti permintaan jaringan kelompok teroris Abu Sayyaf yang telah menyandera kapal Indonesia, Brahma 12, di perairan Filipina. Kapal itu berawak 10 WNI.

"Kelompok Abu Sayyaf saat ini kalau kita lihat makin hari makin terdesak dan ditambah lagi kita dengar mereka sudah kesulitan pendanaan. Mereka lakukan cara-cara pemerasan antara lain melalui penyanderaan. Karena itu saya minta pemerintah tidak perlu memenuhi permintaan mereka," jelas Mahfudz, saat dihubungi, Selasa (29/3/2016) siang.

Legislator asal PKS ini meyakini dengan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Filipina yang dibantu aparat terkait pastinya hal itu sudah bisa teratasi.

"Pemerintah Indonesia kan bisa membangun koordinasi dengan otoritas pemerintah Filipina untuk membebaskan para saudara kita. Jadi saya tekankan tidak perlu permintaan mereka dituruti," ujar Mahfudz.

Diwartakan sebelumnya, dua kapal Indonesia, yaitu kapal tunda Brahma 12, dan kapal tongkang Anand 12, telah dibajak kelompok yang mengaku Abu Sayyaf di Filipina. Kedua kapal itu membawa 7.000 ton batubara dan 10 awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

"Saat dibajak, kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan, menuju Batangas, Filipina Selatan," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, lewat pernyataan tertulisnya, Selasa (29/03/2016).

Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Kolonel Laut Edi Sucipto, mengungkapkan pembajakan terjadi "di perairan Tawi-tawi" di Filipina Selatan.

Menurut Kolonel Laut Edi, sebelumnya "tidak pernah ada kejadian (pembajakan) kapal Indonesia di kawasan tersebut".

Soal kapan kapal itu dibajak, pemerintah mengaku tidak mengetahui persis. Yang jelas, kapal memulai pelayaran pada 15 Maret dan baru diketahui dibajak beberapa hari lalu.

"Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada 26 Maret, pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf," tutur Arrmanatha.

Abu Sayyaf adalah kelompok separatis yang terdiri dari milisi Islam garis keras yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan dan Mindanao. (wan)
0 Komentar