Minggu, 15 Mei 2016 16:44 WIB

Mengais Rejeki Lewat Onthel di Kota Tua

Editor : Hendrik Simorangkir
Laporan : Arief Muhammad Riyan

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Salah satu yang menarik minat wisatawan di Kota Tua, Jakarta Barat, adalah sepeda onthel. Persewaan sepeda model lawas itupun menjamur.

Subhan (30), seorang pemilik persewaan sepeda onthel di Kota Tua, menuturkan kebanyakan wisatawan menunggang sepeda onthel atau yang juga akrab dijuluki sepeda unta demi membangkitkan kenangan atas masa lalu, khususnya di era kolonialisme.

Berbekal kesadaran itulah, sejak delapan tahun lalu, Subhan pun memulai bisnis persewaan sepeda onthelnya.

Kendati menyewakan sepeda jadul, nyatanya bagi Subhan bisnis itu tergolong cukup menjanjikan. Apalagi, menurut lelaki itu, saat tiba waktu akhir pekan.

"Weekend udah pasti kaya gini ramainya, kalau hari biasa tidak tentu penghasilannya," ujarnya saat berbincang dengan Tigapilarnews.com, di salah satu sudut areal wisata Kota Tua, Minggu (15/5/2016).

Di hari biasa, Subhan melanjutkan, memang kondisinya cenderung lebih sepi. Kecuali, sambung dia, bila ada rombongan wisatawan.

"Biasanya kalau hari biasa ada rombongan sekolahan atau universitas, itu juga ada musim-musimnya," ucapnya.

Untuk menarik minat wisatawan, Subhan pun lantas berinovasi. Jika biasanya sepeda onthel berwarna gelap, Subhan memberikan sentuhan warna-warna terang pada sepeda yang disewakannya.

"Kalau diwarnain begini jadi keliatan lebih baguskan. Kayak pelangi. Jadi wisatawan jadi lebih berminat," beber pria asal Kebumen, Jawa Tengah,itu.

Subhan tidaklah sendirian. Di Kota Tua, kurang lebih ada sebanyak 37 orang lainnya yang juga mendulang rupiah dari usaha persewaan sepeda onthel.

Mereka semua tergabung dalam Paguyuban Onthel Wisata Kota Tua yang dikelola oleh UPK (Unit Pengelola Kawasan).

Menurut Subhan, paguyuban itu sengaja dibuat agar persewaan sepeda ontel di Kota Tua lebih teratur. Sehingga, kata dia, demand dan supply pun tetap seimbang.

"Supaya orang jangan asal menyewakan. Dan sekarang kalau ada yang ingin bergabung, sudah tidak bisa. Mungkin kalau dari 37 orang itu ada yang keluar, baru kita bisa terima orang baru," jelasnya.

Paguyuban sepeda onthel itu, menurut Subhan, juga mengenakan syarat khusus terhadap mereka yang berniat menjalani bisnis tersebut.

Yakni, Subhan mengatakan, mereka yang berminat menyewakan sepeda harus mampu mengadakan setidaknya tiga sepeda onthel.

"Nanti, sepeda onthel itu dibariskan di pesisir Museum Fatahilah, bersama dengan sepeda onthel milik orang lain. Kalau soal penghasilan, itu masuk ke kantong masing-masing," ujarnya.

Pada hari libur, Subhan mengaku bisa menarik keuntungan hingga mencapai Rp400 ribu. Sedangkan di hari biasa, menurut Subhan, berkisar pada angka Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu.

"Kalau lagi sepi ya tidak ada yang sewa sama sekali," ungkapnya.

Mengaku belum merasa puas dengan hasil bisnisnya saat ini, Subhan pun bercerita tentang cita-cita selanjutnya.

"Saya ingin menjadi seorang bos besar di bisnis sepeda onthel. Saya ingin membeli sepeda onthel yang banyak untuk disewakan maupun diperjualbelikan," katanya.

Hanya saja, Subhan memimpikan, bisnis itu akan dikembangkannya di luar Jakarta. "Biar saingannya dikit. Sekaligus mencari tantangan baru," ujarnya menutup perbincangan.
0 Komentar