Senin, 23 Mei 2016 14:51 WIB

Tengah Tidur Lelap, 17 Siswi Tewas Dilumat Api

Editor : Hendrik Simorangkir
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Sedikitnya 17 orang siswi tewas dalam kebakaran yang meluluhlantakkan asrama anak-anak suku pegunungan di wilayah utara Thailand.

Pemerintah setempat, Senin (23/5/2016), mengatakan bahwa api diketahui muncul pada larut malam, di saat sebagian besar anak-anak itu terlelap.

Alhasil, anak-anak putri itu tak bisa menyelamatkan diri dari bangunan dua lantai tersebut.

"Api muncul pada pukul 23.00, Minggu malam. 17 siswi tewas, dua lagi hilang, dan lima terluka," kata Kolonel Prayad Singsin dari kepolisian Chiang Rai.

Kolonel Singsin menambahkan, dua dari lima siswa yang terluka itu dalam kondisi kritis.

"Kebakaran sudah bisa diatasi. Tapi penyebab munculnya api masih dalam penyelidikan," lanjut Kolonel Singsin.

Lebih jauh Kolonel Singsin mengatakan, tim forensik dijadwalkan tiba di lokasi pada Senin (23/5/2016).

Jumlah siswi asrama yang menjadi korban tewas itu dibenarkan Wakil Gubernur Provinsi Chiang Rai Arkom Sukapan.

Sukapan menjelaskan, asrama yang terbakar itu adalah milik sebuah sekolah swasta dan dihuni anak-anak berusia enam hingga 13 tahun.

Anak-anak itu sebagian besar berasal dari suku-suku miskin yang berada di kawasan pegunungan di provinsi tersebut.

"Ada 38 orang siswa di dalam asrama itu saat kebakaran terjadi. Beberapa anak yang belum tidur bisa menyelamatkan diri,” katanya.

Sedangkan, menurut Sukapan, mereka yang sudah terlelap tak bisa lari dan akibatya jumlah korban jiwa tergolong tinggi.

Sejumlah foto di akun Facebook sekolah itu menampilkan pasukan pemadam kebakaran berjuang mengendalikan api yang melalap bangunan yang terbuat dari kayu tersebut.

Wilayah utara Thailand yang berbatasan dengan Laos dan Myanmar banyak ditinggali suku-suku miskin dan terbelakang.

Sebagian dari mereka adalah keturunan para pengungsi Myanmar atau China dan menggantungkan hidup mereka dari bertani di kawasan-kawasan yang terpencil.

Sehingga anak-anak suku-suku pegunungan ini nyaris tak memiliki akses ke sekolah, kesehatan dan layanan publik lainnya.

Selain itu, kemiskinan mengakibatkan banyak warga suku-suku ini dengan mudah terlibat dalam kejahatan narkotika.

Mereka yang menjadi budak narkoba itu dibayar untuk menyelundupkan benda-benda haram, seperti heroin dan amfetamin, dari kawasan segitiga emas.
0 Komentar