Sabtu, 09 Juli 2016 13:46 WIB

Ini Keluhan Penjual Toko Manisan Cianjur yang Kian Sepi

Editor : Rajaman
Laporan: Ryan Suryadi

CIANJUR, Tigapilarnews.com - Semenjak jalur non tol Bandung, Cianjur, Bogor, hingga Jakarta tak lagi dilewati wisatawan, karena ada Tol Cipularang. Oleh-oleh khas Cianjur ini kian redup namanya. Tak hanya tauco, manisan Cianjur pun semakin terlupakan.

Meskipun banyak toko penjual manisan yang memilih tutup karena jumlah pembeli yang kian menurun, beberapa di antara masih bertahan

Seperti di gang sempit, Gang Karya IV, Kelurahan Solokpandan, Kabupaten Cianjur, sejumlah orang sibuk mengupas buah. Ada yang mengupas buah salak dan ada yang mengupas kedongdong. Di bangunan yang tak begitu luas mereka seperti berlomba mendapatkan hasil kupasan buah lebih banyak.

Ternyata sejumlah pekerja pada industri rumahan manisan Cianjur yang masih bertahan. Dari masa kejayaan manisan Cianjur beberapa waktu lalu, hanya beberapa industri rumahan yang masih bertahan dan bisa dihitung dengan jari.

"Saya membuat manisan Cianjur sejak 21 tahun yang lalu. Namun, sejak tahun 1970-an sudah berkecimpung jadi pekerja pembuat manisan. Ya Alhamdulillah sampai sekarang masih ada dan bertahan meski mengalami penurunan omset yang tidak sedikit," kata salah seorang pembuatan manisan Jaja Jaelani (57) kepada Tigapilarnews.com, Sabtu (9/7/2016).

FullSizeRender(3)

Jaja mengaku tidak bisa memenuhi permintaan untuk seluruh jenis buah-buahan yang biasa dibuat manisan. Selain bahan baku yang musiman ada, manisan buatannya juga tak cepat habis karena pembeli semakin menurun.

Akhirnya ia mensiasati permintaan pelanggan, pihaknya membuat manisan dari buah lain, seperti bengkuang atau jenis buah-buahan yang pasokannya tidak mengandalkan musim.

Usaha rumahan yang dijalani Jaja ini pun mampu memproduksi rata-rata 500 kilogram buah dalam dua sampai tiga hari. Para pekerjanya pun borongan dari para tetangganya.

"Sekalian memberi peluang para pemuda di sini. Sekarang dapat pasokan buah 500 kg juga susah. Tahun ini paling susah, biasanya kalau gampang, dua ton juga kami produksi," tuturnya.

Usahanya yang dijalani sejak 1992 ini, kata Jaja, merupakan upaya dirinya untuk mempertahankan salah satu oleh-oleh khas Cianjur yang bisa dijadikan kebanggaan.
"Manisan yang dijual di toko, tidak semuanya dari Cianjur, ada juga dari daerah lain. Tapi kan jadi lucu, namanya manisan Cianjur, tapi dibuatnya dari daerah lain. Makanya, saya akan tetap bertahan menjalankan usaha ini," tandas dia.
0 Komentar