Minggu, 31 Juli 2016 15:18 WIB

Kerusuhan di Tanjung Balai Akibat Kesenjangan

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, mengaku prihatin atas kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabtu (30/07/2016).


Dia melihat ada kesenjangan yang lebar sehingga perusakan rumah ibadah itu bisa terjadi. "Disitu ada gap ekonomi, gap intelektual, gap sosial yang sangat lebar," katanya pada wartawan  saat silaturahmi, halal bihalal dan pengajian akbar yang dihelat PCNU Kota Yogyakarta di Alun-Alun Sewandanan, Kadipaten Puro Pakualaman.

Menurutnya, kesenjangan yang begitu lebar di tengah masyarakat itu membuat masyarakat mudah terprovokasi. Sehingga, dipicu persoalan sepele, bisa membuat masyarakat melakukan tindakan anarkistis.

"Gap yang lebar itu bisa jadi bom waktu, setiap saat bisa meledak seperti yang kita lihat," timpalnya.
Untuk itu, dia meminta agar semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat untuk lebih jernih dalam mensikapi kasus kerusuhan ini.

Ditambahkannya, kerukunan umat beragama perlu dijaga agar tidak terjadi perpecahan. "Saya berharap tidak ada lagi lah, tidak terjadi pada kita semua karena kita hidup harus saling menghormati," tandasnya.

Informasinya, kerusuhan itu ditengarai karena provokasi melalui media sosial. Ada warga yang menegur supaya pengeras suara di tempat ibadah dikecilkan. Malam harinya, pengurus tempat ibadah mendatangi rumah yang menegur. Namun, saat itulah ada kesalahpahaman, sehingga terjadi ketegangan.

Petugas kepolisian setempat mengamankan pasangan suami istri yang menegur karena massa sudah banyak. Bahkan, diantara mereka sempat melempar rumah pasutri itu dengan batu. Massa semakin bertambah banyak karena informasi ketegangan ini diunggah ke media sosial. Ternyata, massa yang tak terbendung justru melakukan perusakan beberapa rumah ibadah lainnya.(exe/ist)

0 Komentar