Kamis, 11 Agustus 2016 19:00 WIB

Jelang Pilgub DKI, Pengamat: Ahok "Under Pressure dan In Danger"

Editor : Rajaman
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan saat ini Gubernur Petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) "under pressure" (dalam kondisi tekanan) menjadikannya "in danger" (dalam bahaya) dan panik sehingga berbagai tindakannya makin menampilkan ketidakkonsistenan sikapnya.

“Ahok sudah melewatkan pendaftaran lewat jalur independen, meski katanya dia mendapatkan dukungan 1 juta KTP yang melebihi syarat minimal dan ketiga parpol yang akan mengusungnya tidak mempermasalahkan jika Ahok maju dari jalur independen. Sekarang dia panik karena pendaftaran jalur parpol secara resmi belum dibuka dan parpol-parpol pendukungnya bisa saja menarik dukungannya,” ujar Siti saat dihubungi, Kamis (11/8/2016).

Berbeda dengan waktu sebelum masa pendaftaran jalur independen dimana Ahok terkesan arogan dan menguasai parpol, saat ini menurut Siti justru Ahok harus tunduk pada parpol jika ingin tetap dimajukan sebagai calon dalam pilkada mendatang.Partai sekarang berada diatas angin, karena jika satu saja mundur dan menarik dukungannya, maka Ahok tidak akan bisa ikut pilgub DKI. Dan jika Ahok tetap arogan terhadap partai, maka sangat mungkin partai menarik dukungannya.

“Dalam politik sangat mungkin terjadi. Jika Ahok saja bisa beberapa kali bisa meninggalkan parpol yang telah mengusungnya baik sebagai bupati, anggota DPR maupun wakil gubernur dalam pilkada lalu, maka saat ini bisa saja giliran parpol yang akan mengusungnya yang akan menarik diri. Jadi sikap Ahok sekarang harus baik kepada partai kalau tidak mau ditinggali, harus mau menuruti semua keinginan partai karena jika tidak, dia tidak akan bisa maju sebagai calon gubernur lagi,” tambahnya.

Siti menambahkan, tidak ada yang salah jika partai politik yang sebelumnya telah berkomitmen mendukung Ahok, kemudian memilih untuk mundur dan mendukung Ahok karena dalam politik ini biasa saja terjadi. Ahok jelasnya juga tidak perlu merasa marah kepada partai politik jika hal ini terjadi padanya, karena toh dirinya juga berkali-kali telah meninggalkan partai yang telah mengusungnya.

“Jika Ahok berkali-kali meninggalkan partai politik, dan sempat membuat opini seolah partai itu busuk, dan terakhir Ahok juga meninggalkan kawan Ahok yang katanya sudah bekerja keras mengumpulkan KTP dukungan, maka sekarang tidak salah juga kalau parpol meninggalkannya. Ini membuat posisi Ahok in danger,” tegasnya.

Selain partai politik dan teman Ahok, Ahok menurutnya sudah membuat banyak pihak kecewa karena inkonsistensi dalam sikapnya. Ini jelasnya yang dibaca benar oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri sehingga PDIP menurutnya tidak akan mendukung Ahok.

”Kecenderungannya Ahok selalu membuat kecewa orang yang mendukungnya, bukan hanya partai politik, tapi juga relawan Ahok maupun para pemilihnya dalam pilkada lalu terutama orang-orang kecil,yang banyak digusur oleh Ahok” tegasnya.

Makanya sekarang tidak heran tambah Siti, Ahok pun mencoba mendekati partai politik lagi dan menjilat ludahnya sendiri, juga pernyataan Ahok yang akan mengizinkan pedagang kaki lima berjualan di sepanjang trotoar Jakarta adalah bagian dari langkahnya yang semakin terjepit.

”Kondisi ini telah mengubah nasib Ahok.Ahok sekarang harus mematuhi keinginan parpol. Ahok juga harus menarik simpati rakyat kecil, makanya meski seperti menarik ludahnya sendiri, Ahok kemudian menegaskan mengizinkan pedagang kaki lima berjualan di trotoar,” imbuhnya.

Ahok pun dinilainya telah hilang kewibawaannya karena pemimpin itu dihormati oleh komitmen dan konsekuensi,atau integritas. Semua tutur kata, perilaku dan kebijakan saling terkait sehingga apa yang sudah dpikirkan, diucapkan dan dilaksanakan akan terus diingat oleh masyarakat.

“Ahok lupa masyarakat memiliki memorikolektif. Langkah Ahok yang tidak konsisten seperti akan mengizinkan kaki lima berjualan di trotoar padahal selama ini justru hal ini menjadi andalannya bukan malah mendongkrak dirnya, tapi justru menimbulkan kelucuan yang menggelikan,sehingga justru menimbulkan rasa tidak simpati,” papar dia.

Sikapnya yang inkonsisten juga semakin membuka bahwa politik yang dilakukan Ahok hanyalah pencitraan dan basa basi semata. Langkah Ahok menggugat UU Pilkada terkait masalah cuti dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal, juga menunjukkan bahwa Ahok bisa saja akan memanfaatkan berbagai keunggulan petahana seperti yang terjadi dari pengalaman yang lalu sebelum revisi dilakukan.Ahok pun seperti melupakan hasbabul nujum atau asal muasal kenapa pasal itu ada.

”Dulu ketika revisi UU Pilkada dimana ada revisi bahwa inkumben harus cuti, Ahok yang mendukungnya. Sekarang giliran dia jadi petahana dia gugat hal itu ke MK. Padahal, pasal cuti itu dibuat karena ada pengalaman empiris petahana itu cenderung menyelewengkan fasilitas,APBD, SDM, birokrasi, dan lain sebagainya. Jadi karena ada pengalaman buruk itulah saya ikut dalam tim revisi UU Pilada termasuk Ahok juga mendukung. Lantas sekarang dia gugat,” tandas Siti.

Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta, Ahok, gemar membenahi trotoar Jakarta dan menggusur pedagang kaki lima. Ini menjadi salah satu jualan Ahok yang dianggap berhasil.Ahok sendiri tidak segan mengatakan bahwa dirinya mau belajar dari Risma dalam membenahi trotoar Jakarta karena menurutnya Risma lebih berpengalaman.

Namun hal itu kemudian terbantahkan karena Ahok justru kini akan mengizinkan pedagang kaki lima untuk menggunakan kembali trotoar Jakarta untuk berdagang. “Saya selalu katakan, trotoar dan taman boleh ada Kaki-5, asal ditata dan nggak buang sampah sembarangan. Mereka harus dididik,” kata Ahok di Balaikota DKI, Rabu (10/8) kemarin.

Ahok telah memerintahkan Dinas Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (KUMKMP) DKI mendata Kaki-5. Pasalnya, Kaki-5 yang berjualan di taman sering membuang sisa minyak di tanaman, sehingga banyak pohon yang mati.

“Saya suruh Dinas KUMKMP didik Kaki-5. Dulu kami kasih dia jualan di taman, habis goreng, panas-panas dia siram ke pohon. Dia kira pupuk kali, mati itu pohon. Itu kan nggak bener, buang sampah sembarangan. Nah itu yang mesti kami didik,” ujarnya.

Bukan hanya trotoar, Ahok juga akan memberi izin Kaki-5 berjualan di Jalan Inspeksi Kampung Pulo. “Orang nongkrong begitu banyak, kenapa enggak dibuat jualan? Tapi jualan jangan sampai buang ke Ciliwung,” pungkas Ahok.
0 Komentar