Jumat, 26 Agustus 2016 22:24 WIB

Panglima TNI Jelaskan Penyebab Konfik di Arab Spring ke Wilayah Ekuator

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Pertambahan populasi penduduk dunia dari masa ke masa semakin cepat.


Setelah 2011 menambah 1 miliar, hanya butuh enam tahun. Sebelumnya diperlukan puluhan bahkan ratusan tahun. Sehingga pada tahun 2017, selamat datang 8 miliar penduduk dunia.


Demikian dikatakan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, saat memberikan kuliah umum dihadapan 490 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pertahanan, PMPP IPSC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/08/2016).

 

"Teori Maltus mengatakan bahwasanya pertambahan penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan meningkat ibarat deret hitung. Apabila garis pertambahan penduduk dengan garis ketersediaan pangan bersinggungan di suatu titik, maka disitulah terjadinya titik kritis," jelas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

 

Ini faktanya, menurut penelitian populasi ideal penduduk dunia sekitar 3-4 miliar untuk dapat hidup dengan layak. Realitasnya saat ini, setiap 2,1 detik satu bayi meninggal atau sekitar 15 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk. Itu artinya penduduk dunia sudah overload.

 

"Bila populasi penduduk tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan pangan, maka akan memicu krisis. Inilah ancaman yang akan dihadapi penduduk dunia," ungkap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

 

Gatot Nurmantyo juga menjelaskan bahwa konfik yang terjadi di Irak, Iran, Libya, Kuwait, Mesir, Suriah, Yaman, Sudan dan Ukraina, semuanya sebagai negara penghasil energi. "Saya bisa simpulkan bahwa konflik atau perang di dunia, 70 persen berlatar belakang energi," ujarnya.

 

Gatot Nurmantyo memprediksi bahwa konflik di waktu mendatang dari aspek latar belakang dan lokasinya akan mengalami perubahan. Hal ini dipicu, karena energi fosil diprediksi pada 2043 akan habis dan hanya bisa digantikan dengan energi alternatif (energi hayati).


Yakni, yang bisa hidup sepanjang tahun hanya di wilayah Ekuator yaitu Amerika Latin, Afrika Tengah dan Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia.

 

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI menjelaskan bahwa sekitar 80 persen penduduk dunia yang berada di luar Ekuator, kedepan akan merasakan krisis hebat dan mengalami dua krisis, yaitu krisis energi dan pangan.


"Pangan awalnya hanya untuk makan, kedepan pangan dibagi dua untuk makan dan energi, sehingga nantinya penduduk di luar Ekuator akan berbondong-bondong ke wilayah Ekuator untuk mencari pangan, energi dan air," katanya.

 

Menurutnya lagi, inilah pembuktian teori pergeseran latar belakang dan tempat konflik. Awalnya konfik berlatar belakang energi berubah menjadi latar belakang pangan dan air (ekonomi).Tempatnya konflik bergeser dari wilayah Arab Spring ke wilayah Ekuator termasuk Indonesia. "Ancaman inilah yang harus disadari oleh kita semua," ucapnya.(exe/ist)

0 Komentar