Kamis, 15 September 2016 07:45 WIB

Isu Kampanye Hillary dan Partai Demokrat Dinilai Kelewat Batas

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, menyamakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan mantan pemimpin Irak, Saddam Hussein.

Hal itu diutarakan Obama saat menyampaikan pidato di kampanye Hillary Clinton di Philadelphia. Pernyataan Obama ini bermula saat dirinya melemparkan kritik terhadap Donald Trump yang muncul di salah satu stasiun televisi Rusia, pekan lalu.

Dalam wawancara itu Trump menyebut Putin sebagai pemimpin yang kuat, dan mendapat dukungan penuh dari warganya.
"Ketika pewawancara bertanya kepada dia (Trump), mengapa Anda mendukung orang ini (Putin)? Dia berkata, Putin adalah seorang pria yang kuat. Lihatlah, dia mendapatkan 82 persen dukungan dalam jajak pendapat. Saddam Hussein mendapatkan 90 persen dalam jajak pendapat. Jika Anda mengontrol media dan Anda telah mengambil kebebasan sipil semua orang, dan Anda memenjarkan para pembangkang, itulah yang terjadi," ucap Obama, seperti dilansir Russia Today pada Rabu (14/09/2016).


"Dia (Trump) mencintai orang ini (Putin). Sekarang calon mereka di luar sana memuji seorang pria, mengatakan dia seorang pemimpin yang kuat, karena ia menyerang negara-negara kecil, memenjarakan lawan-lawannya, mengontrol pers, dan mendorong ekonomi ke dalam resesi," sambungnya.


Isu mengenai kedekatan Rusia dan Trump memang kerap dijadikan alat kampanye oleh Hillary dan partai Demokrat untuk menyerang partai Republik. Namun, menurut Gregory R. Copley, editor dari majalah pertahanan dan hubungan luar negeri, hal tersebut saat ini sudah kelewat batas, dan sedikit menggelikan.


"Dalam 50 tahun saya meliput pemerintah AS, saya belum pernah melihat tingkat keberpihakan dalam pemerintahan di mana seorang Presiden  benar-benar menganggap partai oposisi sebagai musuh negara," kata Copley.(exe/ist)

0 Komentar