Sabtu, 08 Oktober 2016 14:00 WIB

Lecehkan Agama Islam, Akbar Tandjung: Novanto Ingatkan Ahok Minta Maaf

Editor : Rajaman
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Politikus senior Partai Golkar,Akbar Tandjung menyayangkan sikap Ketua Umum Partai Golkar,Setya Novanto dalam kasus penghinaan yang dilakukan oleh Calon Gubernur Petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kepada agama Islam.

Sebagai orang yang dekat dengan Ahok, Menurut Akbar, Novanto seharusnya mengingatkan Ahok untuk minta maaf kepada umat Islam yang telah disakitinya.

"Saya sendiri belum melihat langsung rekaman pernyataan Ahok yang katanya menghina Islam, tapi dari yang saya baca, nampaknya Ahok memang telah salah menyampaikan sesuatu yang bukan menjadi wilayahnya. Makanya menurut saya Novanto sebagai orang yang dekat dengan Ahok seharusnya meminta Ahok untuk meminta maaf dan bukan justru membela kesalaannya,"ujar Akbar saat dihubungi Sabtu (8/10).

Pembelaan Novanto menurut Akbar justru akan lebih membuat umat Islam tersakiti. Ahok ujar mantan Ketua DPR ini jelas tidak memahami bahwa apa yang dikatakannya salah dan oleh karena itu Novanto harus mengingatan.

"Kalau saya dekat dengan seseorang yang melakukan kesalahan yang menyinggung perasaan masyarakat banyak, maka saya justru akan bicara kepadanya agar meminta maaf atas kesalahannya dan bukan membela kesalahannya,terlebih hal ini menyangkut agama,"tambahnya.

Akbar sendiri menegaskan akan mencari waktu untuk bicara dengan Novanto terkait hal ini. Dirinya mengakui didatangi akar rumput Partai yang mengharapkan agar Partai Golkar mengevaluasi dukungannya pada Ahok.

"Saya rasa tidak pantaslah Ahok bicara seperti itu. Novanto harus bilang ke Ahok, kamu tidak pantas bicara seperti itu karena akan membuat masyarakat tidak tenang,lebih baik minta maaf saja. Saya akan cari bicara dengan Novanto" ujar Aktivis angkatan 66 ini.

Lebih lanjut Akbar yang juga Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga mengingatkan Ahok akan peran DPR dalam menghilangkan kata asli dalam syarat sebagai presiden harus orang indonesia asli dalam UUD 45.

"Kita sudah menghilangkan kata asli, artinya kita menghormati kemajemukan, para pendiri bangsa juga begitu. Indonesia majemuk dari segi keturunan, suku,agama dan memberikan kesempatan yang sama termasuk bidang politik untuk semua warga negaranya. Kalau kami saja bisa menghormati keberagaman, masak Ahok yang menikmati hasilnya saja tidak bisa?," tandasnya.
0 Komentar