Minggu, 09 Oktober 2016 15:56 WIB

Panglima TNI Minta WNI Jalankan Revolusi Mental

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Praktik revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan mempunyai semangat gotong royong.

Demikian amanat Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, yang dibacakan Komandan Sekolah Komando (Dansesko) TNI, Letjen Agus Sutomo, pada acara Hari Dharma Karya Dhika yang disaksikan langsung melalui aplikasi Zoom seluruh Lapas di Indonesia dengan bertemakan "Sehari Bersama Mereka", bertempat di Lapangan Lapas Cipinang, Jakarta Timur, Minggu (09/10/2016).

Lebih lanjut, Gatot menyampaikan kepada warga binaan Lapas Kelas I Cipinang bahwa revolusi mental merupakan gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa yang menjadi Indonesia akan lebih maju, makmur dan baik serta pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

"Dengan ini bangsa kita akan bisa berdiri tegak sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia. Dibutuhkan sikap secara individu bagi warga negara Indonesia tanpa terkecuali siapapun, menjadi warga negara yang displin, taat kepada hukum, mempunyai prilaku yang positif dan produktif, mempunyai rasa toleransi kepada sesama dan selalu berbuat yang positif serta menghindari hal-hal yang negatif ataupun kontra produktif," kata Gatot.

Gatot Nurmantyo juga menyampaikan bahwa manusia dilahirkan dengan kondisi yang sama. Tetapi dengan berlakunya waktu, ada perbedaan-perbedaan. Padahal sebetulnya sudah jelas mana hal yang positif dan mana hal yang negatif. Manusia harus pada posisi dan selalu berdiri tegak pada hal-hal yang positif.

"Sebagai mahkluk Allah SWT kita diciptakan sebagai mahkluk sosial, artinya kita harus selalu berinteraksi sosial dengan lingkungan kita, mari kita bangun interaksi sosial yang positif, hindari interaksi sosial yang negatif," ujar Gatot Nurmantyo.

Selain itu, Gatot juga memberikan sedikit ajakan atau motivasi yang diharapkan masyarakat menjadi taat hukum, disiplin dan terus membangun persatuan dan kesatuan bangsa menuju Indonesia yang baik.

"Ini adalah interaksi sosial yang positif tetapi ada interaksi sosial yang negatif. Misalnya perkelahian, narkoba, pembunuhan, perampokan, itu yang merugikan diri sendiri, merugikan orang lain dan melemahkan sistem pertahanan negara," imbuh Gatot Nurmantyo.

"Mari bersama-sama dalam menghadapi kehidupan kita tidak boleh pesimis, pemudaran atau penurunan nilai-nilai kehidupan, dan melemahkan etos kerja serta militansinya berkurang, penurunan derajat disiplin dan tanggung jawab. Pada akhirnya berpikir pendek mencari jalan pintas yang melakukan hal-hal melanggar hukum atau merugikan orang lain atau dalam bahasa hukumnya adalah masuk ke wilayah kriminal," tandas Gatot Nurmantyo.(exe/ist)
0 Komentar