Senin, 17 Oktober 2016 09:38 WIB

Pengamat: Orasi FPI Bergaya Teroris

Editor : Rajaman
Laporan: Evi Ariska

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Aksi Demo yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) dan sejumlah ormas islam pada Jumat (14/10/2016) kemarin, untuk meminta aparat penegak hukum menangkap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atas dugaan penistaan agama, sempat terlontar beberapa pernyataan keras dari Ketua FPI Habib Rizieq.

Riziqe dalam orasinya sempat menyatakan akan merebut Balai Kota, Istana Kepresidenan, hingga ancaman menggantung, menghukum mati atau membunuh Ahok, jika aparat penegak hukum tidak segera mengambil tindakan.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit menilai, apa yang disampaikan Riziqe sudah bergaya terorisme karena membuat pernyataan yang mengancam negara.

"Itukan sudah bergaya teroris seakan-akan ingin melawan negara. Karena mereka sudah memaksakan kehendak menuju ke radikalisme. Tinggal setingkat lagi menjadi terorisme. Itu jalurnya sudah kesana itu. Ada di jalur radikalisme, ekstremisme, dan ujungnya terorisme," kata Arbi kepada wartawan, Minggu (16/10/2016).

Arbi menjelaskan, demo bukanlah suatu persoalan. Namun ketika ada ucapan yang bersifat menghasut kearah ekstremisme, hal itu telah mencederai demokrasi.

"Demo tidak jadi masalah, tapi ucapan, orasi, pidato bahkan spanduk yang sudah bersifat menghasut begitu kerasnya bertindak yang mengarah ke tindakan ekstrim dan radikal, nah itu sudah melawan demokrasi. Kalau melawan demokrasi di jaman sekarang itu sama halnya dengan melawan negara," ujarnya.

"Jadi kalau mau demo, pakai cara rasional. Bahasanya bisa saja kasar, misalnya "bodoh atau tidak becus" itu tidak jadi masalah. Tapi ucapan itu harus disertai alasan yang jelas, bukti, argument, dan fakta yang akurat. Jika semua itu terpenuhi, maka itu tidak masalah. Itulah demokrasi. Itu hak dalam berdemo," sambung Arbi.

Menurutnya, apa yang disampaikan Habib Rizieq tidak pantas di era demokrasi. Apalagi pernyataan tersebut bukan saja mengancam Ahok, tapi juga negara.

"Itu adalah keinginan yang tidak mungkin dilaksanakan dalam demokrasi. Itu bukan saja mengancam Ahok tapi juga negara. Karena kalau tidak dewasa dalam berpikir dan bersuara, maka itu sudah melawan negara. Makanya harus hati-hati jangan tergelincir," jelas dia.

Arbi meyakini, jika sampai orasi itu benar-benar-benar dilakukan, maka negara akan bertindak tegas, dan semua pembela demokrasi akan bangkit untuk melawan, apapun alasannya.
0 Komentar