Sabtu, 17 Desember 2016 08:50 WIB

Sekretaris Tegaskan Presiden Filipina Bukan Pembunuh

Editor : Eggi Paksha
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Pengakuan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, bahwa telah membunuh tersangka kriminal ketika menjabat sebagai Walikota Davao tidak harus diartikan secara harfiah.

Begitu yang dikatakan Sekretaris Komunikasi Duterte. "Ia bukan pembunuh. Itulah gaya presiden, sejak dia seorang walikota dia akan berbicara seperti itu. Kami tidak menelan semua informasi itu dengan mentah-mentah. Kami menganggapnya serius tapi kami tidak mengartikannya secara harfiah. Aku melakukan hal itu secara pribadi," kata Martin Adanar seperti dikutip dari BBC, Jumat (16/12/2016).

Dalam kesempatan itu, Adanar juga menolak tudingan yang mengatakan Duterte menderita efek samping dari Fentanyl. Fentanyl adalah obat penghilang rasa sakit yang kuat yang dapat menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan bahkan halusinasi.

Duterte menggunakan obat itu karena memiliki penyakit migrain dan masalah dengan tulang belakang. "Duterte sehat. Kami telah melihat dia bekerja sampai larut malam. Dia terburu-buru dan sangat tidak sabar karena negara kita telah terseret ke dalam 'toilet," katanya.

Sebelumnya, Duterte kembali memberikan pengakuan kontroversial. Ia mengaku telah membunuh seorang penjahat dengan tangannya sendiri. Pengakuan ini memicu wacana dari kelompok oposisi untuk memakzulkannya.(exe/ist)
0 Komentar