Senin, 16 Januari 2017 12:27 WIB

Pengamat: Isu Islam Tidak Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika Berbahaya

Editor : Rajaman
Pangi Syarwi Chaniago (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menyayangkan, adanya upaya penyebarluasan isu secara masif yang membuat seolah-olah Islam tidak Pancasila, Islam tidak Bhineka Tunggal Ika, Islam tidak NKRI, Islam tidak toleran dan lain sebagainya. 

Isu ini dinilainya sebagai upaya adu domba untuk memecah belah  keindonesiaan sehingga apa yang sudah diraih bangsa ini dengan berbagai kemajemukannya yang sudah berjalan baik, menjadi hancur lebur berantakan.

“Sebenarnya sudah masalah nasionalisme, islam dan  keindonesian sudah clear atau selesai. Islam jelas tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD, Bhinekar Tunggal Ika.Makanya kalau sekarang dibuat seolah-olah Islam anti terhadap semua itu ini hanyalah upaya adu domba Indonesia. Toleransi selama ini sudah berjalan baik, jangan dirusak dengan isu-isu seperti ini,” ujar Pangi saat dihubungi, Senin (16/1/2017).

Pangi pun heran bagaimana bisa muncul ada tuduhan seolah islam anti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, anti toleransi dan sebagainya kalau umat Islam justru dalam sejarahnya meski mayoritas justru memiliki rasa toleransi yang tinggi demi kebihnekaan menerima penghapusan kalimat “kewajiban bagi umat Islam untuk menjalankan agamanya” dalam piagam Jakarta yang menjadi rumusan Pancasila.

“Belum lagi syarat menjadi presiden dalam rancangan UUD 1945 yang asli bahwa harus orang Islam juga dihapuskan.Umat Islam berjiwa besar dan mengalah menerima hal itu demi mengakomodasi masyarakat dari suku dan agama lainnya di Indonesia dan demi persatuan indonesia. Makanya kalau saat ini umat Islam dan para ulamanhya dituduh anti NKRI, yah jadi aneh saja, jelas mereka menggalang isu tersebut tidak memahami sejarah,” papar Pangi.

Dia pun menyinggung menguatnya wacana soal mengembalikan UUD ke naskah aslinya terutama tuntutan agar syarat menjadi presiden orang Indonesia asli adalah hal yang wajar. 

“Wajar kalau ada tuntutan itu, karena bunyi UUD sekarang kan setiap warga negara Indonesia boleh menjadi presiden. Kan bisa aja orang asing baru menjadi warga negara mencalonkan dan dicalonkan jadi presiden sementara dia tidak memahami Indonesia sama sekali,”tambahnya.

Dia pun meminta agar para elit tidak memperuncing isu ini dengan berbagai tuduhan yang negatif terhadap Islam. Islam Indonesia sangat unik karena bisa menyatu dengan demokrasi dan hukum positif yang ada. Kalau urusan penistaan agama dibiarkan, malah menurutnya justru ini yang menjadi pemicu perpecahan dan itu justru ini yang hendak dicegah oleh pihat-pihak yang menuntut Ahok dijatuhi sanksi pidana dan bukan sebaliknya justru seolah mereka yang hendak memecah belah.

”Kalau Islam Indonesia seperti di Arab, maka yang namanya Ahok mungkin sudah  dihukum mati. Tapi Islam di Indonesia berbeda, karena sudah menyatu dengan hukum dan demokrasi.Yang dituntut kan hanya penegakan aturan hukum negara terhadap penista agama. Dan kalau umat islam turun ke jalan itu semata-mata karena membela hukum dan agamanya, bukan karena anti NKRI, anti Pancasila atau anti toleransi. Makanya  Megawati dan pembuat pidatonya saya kira sama-sama tidak mengerti keinndonesiaan dan justru menjadi pemancing perpecahan,” tegasnya lagi.

Dia pun mengingatkan masyarakat bahwa seperti ada upaya-upaya membangkitkan sekularisme dan ideologi komunis di Indonesia saat ini.Menyalahkan orang Islam memilih pemimpin Islam atau umat agama lain memilih orang yang seiman menurutnya adalah membenturkan masyarakat yang percaya bahwa negara tidak bisa dipisahkan dari agama.

”Jadi jangan alergi dengan apa yang berbau agama,” tandasnya.


0 Komentar