Kamis, 19 Januari 2017 21:18 WIB

Indonesia Dorong Percepatan ASEAN sebagai 'Single Destination'

Reporter : Fahad Tholib Editor : RB Siregar
Aksi Kolaborasi Menpar Arief Yahya di ASEAN Tourism Forum (ATF) 2017 Singapore.(ist)

SINGAPURA, Tigapilarnews.com – Tiga strategi korporasi yang selalu menjadi pegangan Menpar Arief Yahya dalam membangun korporasi untuk menjadi global player, yakni  Competitive, Comparative, dan Collaborative, yang biasa disingkat dengan 3C. 

Itu juga yang dijadikan patokan  menjalin kerjasama regional bersama negara-negara Asia Tenggara, dalam rangkaian ATF 2017, ASEAN Tourism Forum di Singapura, 16-20 Januari 2017.

“ASEAN dengan 10 negara itu dikunjungi lebih dari 115,8 juta wisman tahun 2016, naik sekitar 7% dan angkanya terus bertambah. Kita masih kecil, hanya di kisaran 10-12%. Thailand  30%, Malaysia 25%, Singapore 15%, baru Indonesia, dan negara-negara lainnya seperti Vietnam, Filipina, Brunei, Kamboja, Laos dan Myanmar. Artinya, kita harus berkolaborasi untuk menjadi besar,” kata Arief Yahya, Menpar dalam 45th Meeting of The ASEAN NTOS dan 20th Meeting of ASEAN Tourism Ministers di Pan Pacific Hotel Singapura itu.

Forum Pariwisata ASEAN ini sangat penting dan strategis bagi Indonesia. Pertama, jika diteropong dari 3S, --Size (ukuran), Sustainability (pertumbuhan), Spread (hasil)--, Pariwisata Indonesia masih belum bisa mengalahkan tiga Negara, Thailand, Malaysia dan Singapura.

Memang dari sisi growth atau pertumbuhan, hanya tertinggal dari Thailand dan Vietnam, tetapi size dan spread-nya masih harus mengejar Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Karena posisinya bukan yang terbesar, maka Indonesia akan lebih diuntungkan bergabung dalam segala joint promotion dan events antarnegara ASEAN, yang menjadi komitmen penting di ATF 2017 itu. 

“Inilah implementasi dari collaboration. Masing-masing Negara punya kekuatan destinasi tersendiri, punya competitive dan comparative advantage. Ketika beragam kekuatan itu disatukan,  akan saling mengisi kekurangan, dan menjadi satu,  inilah collaboration strategy! Berbagi peran", ujar Menpar Arief Yahya.

Kedua, ITF 2017 ini menjadi penting karena momentumnya juga pas, saat golden celebration, 50 tahun memperingati ASEAN, asosiasi Negara-negara Asia Tenggara. 

Kalau ASEAN kuat, maju bersama,  Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar, wilayah terluas, destinasi terbanyak, bahari terbaik, akan punya opportunity yang lebih besar untuk maju. 

“Saya yang melauncing Visit ASEAN50@ Golden Celebration di ITB Berlin, Jerman 2016 lalu,” sebut Arief Yahya.

Arief Yahya juga mengingatkan  bisnis Tourism itu mirip  Telecommunication dan Transportation. Ada factor season, atau musiman, ada peak season dan low season. Dan yang terpenting, ada proximity, atau kedekatan. Baik kedekatan jarak, maupun kedekatan budaya atau kultural. 

“Ini terbukti, tahun 2016, 43% wisatawan mancanegara yang masuk ke negara-negara ASEAN itu berasal dari negara-negara anggota ASEAN sendiri. Yang berasal dari ASIA, 36%, seperti China, Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan, India, dan lainnya,” jelasnya.

Ketiga, Menpar Arief Yahya melihat proyeksi dan masa depan ASEAN as single destination, atau ASEAN sebagai satu destinasi itu sangat menjanjikan. 

Seorang CEO selalu melihat proyeksi, bahkan menyebut proyeksi itu jauh lebih penting daripada performance. “Program dan keseriusan menuju capaian di ASEAN@50 ini sangat bagus, agresif, dan connected dengan tiga prioritas yang menjadi concern Kemenpar 2017,” ungkap Menpar.

Tiga top three yang menjadi fokus Menpar Arief Yahya selama 2017 adalah air connectivity, untuk memenuhi seats capacity, melalui airline dan airport, yang tahun 2017 ini kurang 4 juta seats. 

Lalu homestay desa wisata, untuk mengcover amenitas di setiap destinasi prioritas. Dan, go digital, yakni menggunakan digital untuk branding, advertising dan selling di media. Lalu, digital di manajemen information system dengan M-17 war room. Dan, membangun platform digital market place dengan ITX Indonesia Tourism Xchange.