Sabtu, 25 Februari 2017 09:20 WIB

Khawatir Berpaling, Saudi Redam Gejolak Indonesia

Reporter : Bili Achmad Editor : Yusuf Ibrahim
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al- Saud. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al- Saud, akan mengunjungi Indonesia mulai 1 hingga 9 Maret 2017.

Kehebohan kunjungan Raja Salman setelah sebelumnya tahun 1970 sudah mulai terasa. Raja Salman akan membawa rombongan terbesar kurang lebih 1.500 orang yang di antaranya 10 menteri dan 25 pangeran. Pengamat Politik Timur Tengah, Tia Mariatul Kibtiah, mengungkapkan ada tiga agenda besar kedatangan Raja Salman ke Indonesia.

"Yaitu tentang TKI/TKW sudah ada moratorium atau pemutusan kerjasama pada tahun 2011, kemudian disambung lagi pada tahun 2014 tapi mereka mendengar kabar bahwa tahun 2017 Jokowi sudah pindah haluan kebijakan luar negerinya dan akan diputus kembali hubungan kerja sama pengadaan atau pengiriman TKI/TKW pada tahun 2017 sementara Saudi sangat butuh. Karena tenaga kerja dari Indonesia dikenal manut dan dari kesejahteraan tidak menuntut banyak ini yang jadi kekhawatiran pertama"  ungkap dosen Universitas Binus ini.

Tia mengatakan kekhawatiran kedua adalah masalah kuota hajI. Sebab jamaah haji asal Indonesia sebanyak 221.000 orang pertahun ini cukup signifikan menambah pundi-pundinya Arab Saudi.

"Yang ketiga ini ada isu bahwa sekarang kebijakan Jokowi terhadap Timur Tengah itu bukan ke arah Aaudi lagi tapi ada kerja sama kontrak oil company dengan Iran. Jadi selama ini koalisinya Saudi itu adalah Amerika, dan Eropa. Nah oil company dari Eropa sudah melakukan approach dengan pemerintah dari zaman Presiden SBY. Tapi semenjak Jokowi ini deal oil company justru kepada Iran, ini mengagetkan," imbuhnya.

Tia mengatakan sejak pemerintahan Indonesia dipegang Jokowi, Indonesia tidak lagi menjadikan Arab Saudi sebagai barometer utama kerja sama luar negeri. Sehingga, Menurutnya lagi, adanya kekhawatiran bagi kerajaan Arab Saudi apabila Indonesia berpaling dari mereka. 

"Karena akhir-akhir ini pemerintah Jokowi sudah tidak menjadikan Saudi prioritas. Terlihat sektor infrastruktur investornya dari China kemudian oil company tender dari Iran ini sangat berbahaya sekali. Kalau Indonesia sudah lepas dari hegemoni US, Saudi dan Eropa kemudian berbalik menjadi dekat dengan Rusia, China dan Iran ini tentu akan berimbas pada kuota haji, pengiriman TKI, TKW, ini sangat berbahaya untuk Saudi. Makanya tidak tanggung-tanggung, mereka membawa pasukan sebanyak 1.500 orang untuk meredam gejolak di Indonesia" tutupnya.(exe)


0 Komentar