Selasa, 28 Februari 2017 19:18 WIB

Geliat Kereta Barang dalam Putaran Logistik Nasional

Reporter : Ryan Suryadi Editor : Hendrik Simorangkir
Diskusi Peningkatan Peran Kereta Api dalam Angkutan Barang, di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Foto: Ryan Suryadi)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - PT KAI tengah fokus terhadap pembenahan kereta barang. Tak hanya mensterilisasi sejumlah rel kereta api, percepatan jalur, jaminan keamanan, serta ongkos murah mulai dilakukan pihak KAI demi memperlancar angkutan barang. 

Hingga saat ini, pangsa angkutan barang menggunakan Kereta Api hanya 0,67 persen dari total angkutan barang nasional. Dominasi tertinggi masih pada angkutan jalan raya sebesar 91,25 persen. Sementara sisanya 8,06 persen di dominasi transportasi lain. 

Di Jakarta, daya angkut barang menggunakan jasa kereta api masih minim. Tingginya lalu lintas barang berdampak pada daya angkut kereta barang. Meskipun telah menggunakan jalur malam tiap dua hari sekali, namun peminat tak juga meningkat. 

Direktur Komersial dan IT PT KAI, Kuncoro Wibowo mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya untuk menaikan jumlah angkutan barang. Merujuk dari Permen Keuangan nomor 80 tahun 2012 pasal 3 dan 4, pengakutan barang dengan menggunakan jasa charter tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 

Selain itu, kepada semua angkutan barang. PT KAI juga memberikan biaya relatif cukup murah serta menambahkan jasa angkutan truk di beberapa kota tujuan. 

Hanya saja mengenai diskon murah ini, peminat angkutan barang tak cukup bertambah. "Padahal kita sudah menambah gerbong, seperti ke Surabaya 30 rangkaian dan ke Selatan 15 rangkaian," ujar Kuncoro usai diskusi Peningkatan Peran Kereta Api dalam Angkutan Barang, di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (28/2/2017). 

Kuncoro tak menampik saat ini jumlah angkutan barang antara dari Jakarta dengan menuju Jakarta mengalami ketimpangan. Meskipun rangkaian kereta telah penuh saat keluar Jakarta, namun saat balik ke Jakarta rangkaian cukup kosong. 

Masalah lainnya yang dihadapi KAI yakni, padatnya jalur kereta api di Jabodetabek. Untuk menyesuaikan hal itu, Daop 1 PT KAI hanya memperbolehkan rangkaian kereta barang untuk berangkat mulai dari siang dan tengah malam. 

"Sebab, masalah ini kita harus bisa mengatur jadwal dengan KRL dan KA jarak jauh," katanya.

Meski kurangnya minat, namun Kuncoro mengaku prestasi dan pendapatan KAI tak buruk, tahun ini saja KAI menargetkan pendapatan di jasa angkutan barang sebesar Rp 6,2 Triliyun. Angka ini meningkat 30 persen dibandingkan tahun 2016 sebesar 30 juta Ton per tahun. Sementara di Jakarta, setiap tahunnya ada 10 juta ton yang angkutan barang yang berangkat menggunakan kereta angkutan barang. 

Sementara, Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia, Hermanto Dwiatmoko mengatakan, pemerintah sendiri telah melakukan beragam cara untuk menunjukan keberpihakanya kepada KAI. Salahnya tidak menghapus PPN bagi pengguna jasa jalur darat mobil. 

Sebab itulah, ia mendorong agar pengangkutan barang menggunakan jasa kereta api harus lebih dirangsang, karena menguntungkan. Selain memiliki waktu perjalan yang tepat saat berangkat. Pengiriman barang lewat kereta jauh lebih aman dibandingkan menggunakan truk. 

Meski demikian adanya pembukaan jalur baru lintas Maja Nambo oleh Daop 1, bisa merangsang kembali penggunaan jasa kereta barang. 

"Sekarangkan kita terbentur dengan loopline KRL, kita enggak bisa nambah, kalo sudah jadi, mungkin bisa lebih baik," jelas Hermanto. 

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, pemilihan pengiriman barang menggunakan truk dianggap lebih efisien. Sebab, dengan menggunakan ini, biaya bisa ditekan lebih serta bisa sampai ketempat tujuan. 

"Harusnya kai bisa bekerja sama jadi ketika sampai stasiun bisa langsung diantar ketempat tujuan," pungkas Yukki. 


0 Komentar