Rabu, 15 Maret 2017 19:01 WIB

Rektor UBL Dorong Kuantitas Paten Civitas Akademika

Editor : Rajaman
Didik Sulistyanto terima penghargaan (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat ( DRPM ) Universitas Budi Luhur menyelenggarakan kegiatan Peresmian Sentra HKI dan Seminar Sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual. Kegiatan yang dibuka oleh Rektor Universitas Budi Luhur (UBL), Didik Sulistyanto, ini dihadiri Pembicara dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemristekdiktik, M Zainuddin.

Didik Sulistyanto dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas Perguruan Tinggi khususnya Universitas Budi Luhur dengan meningkatkan kualitas Hak atas Kekayaan Intelektual ( HKI). 

"Membuka wawasan serta memfasilitasi civitas akademika Universitas Budi Luhur untuk meningkatkan jumlah kekayaan intelektual untuk bisa mendaftarkan Paten ke Sentral HKI, supaya banyak hasil karya Civitas Akademi UBL dalam bentuk HKI baik berupa Paten, Merk, Hak Cipta dll. Mengharapkan lebih banyak lagi kekayaan Intelektual yang didaftarkan oleh civitas akademika UBL untuk mencapai Rangking UBL 100 besar Nasional dan Akreditasi lembaga akan meningkat," kata Didik, Rabu (15/3/2017).

Lebih lanjut Didik menjelaskan , saat ini Indonesia belum memiliki banyak Paten yang didaftarkan. Negara yang saat ini banyak memiliki paten adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. 

Dalam kegiatan ini sekaligus diresmikan juga Sentral HKI, Didik Sulistyanto, Pemeriksa Paten dari Dirjen KI Kemristekdikti, Krisna Adiyarta Direktur DRPM Universitas Budi Luhur.  Sentral HKI ini adalah yang pertama kalinya diresmikan di Universitas Budi Luhur.

Setelah peresmian Sentra HKI Universitas Budi Luhur, acara dilanjutkan dengan Seminar dan Sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual dengan narasumber M. Zainuddin dari Dirjen KI Kementrian Ristekdikti dipandu oleh moderator Indra Riyanto, dosen Fakultas Teknik Zainuddin yang saat ini menjabat sebagai Pemeriksa Paten di Dirjen Kekayaan Intelektual mengungkapkan, banyak negara yang mempunyai  Sumber Daya Alam melimpah cenderung kurang maju daripada negara yang mempunyai banyak Sumber Daya Manusia yang memiliki kekayaan intelektual.

"Saat ini saja, Tiongkok menghasilkan kurang lebih 1.200 paten setiap tahunnya berdampingan dengan Amerika Serikat. Lebih lanjut, menurut data yang di paparkan,  pada tahun 2014 terdapat sekitar 8.014 permohonan paten di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 11% nya adalah permohonan paten yang diajukan oleh warga negara Indonesia, sementara 89% sisanya merupakan permohonan paten yang diajukan oleh warga negara asing," jelasnya.

Untuk itu Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berupaya meningkatkan kuantitas jumlah paten dengan menjadikannya sebagai salah satu Key Performance Index Universitas di Indonesia.

Dengan disahkannya UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten yang merivisi UUP sebelumnya merupakan suatu upaya pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan Paten di Indonesia. Upaya tersebut tercermin dalam UUP baru dengan cara e-filing, pemberian insentif, proses pemeriksaan yang efisien, dan cara pembayaran biaya pemelirahaan paten yang lebih mudah. Sehingga diharapkan semakin meningkatkan kuantitas paten di Indonesia.

Acara ini dihadiri oleh 200 peserta dari mahasiswa dan dosen dilingkungan Universitas Budi Luhur.


0 Komentar