Jumat, 17 Maret 2017 14:01 WIB

MPR: Bangsa Indonesia Disepakati dengan Kebinekaan

Editor : Rajaman
Hidayat Nur Wahid (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan, bangsa ini dibangun bukan asal jadi. Hal itu terlihat dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang keanggotaannya diisi oleh berbagai latar belakang.

"Kalau kita lihat anggota BPUPKI, mereka bertabur gelar akademik. Ada sarjana, bahkan pascasarjana, ada juga yang bergelar kiai haji," ungkapnya dalam keterangan tertulis.

Hidayat mengatakan itu saat menjadi pembicara utama dalam seminar 'Politik Internasional dan Radikalisme Sektarian Agama: Dampaknya terhadap Progresivitas Kebinekaan'. Seminar itu diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat (17/3/2017). 

Anggota BPUPKI, menurut Hidayat, terdiri atas beragam latar pendidikan, profesi, asal-usul, dan suku. Bahkan ada anggota BPUPKI dari kalangan wanita. 

"Dengan demikian, bangsa ini didirikan tidak hanya oleh founding fathers, namun juga founding mothers," tambahnya. Dari beragamnya pendiri bangsa tersebut, Hidayat Nur Wahid menegaskan Indonesia dihadirkan dan disepakati dalam kebinekaan.

Dalam acara yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa itu, Hidayat mengatakan, ketika menyusun dasar negara, para pendiri bangsa sudah paham akan dunia internasional. Mereka menerima internasionalisme asalkan sesuai dengan kepribadian Indonesia. Karena Indonesia tak bisa lepas dari masalah internasional, maka masalah yang ada dituangkan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. 

"Dari amanat UUD tersebut kita tak boleh hanya menjadi penonton. Ini sudah dibuktikan oleh Presiden Sukarno dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, tahun 1955. Masalah internasional sudah dipahami pendiri bangsa," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Hidayat memaparkan berbagai dinamika politik yang terjadi di dunia internasional. Di banyak negara di Eropa, tumbuh partai-partai radikal dan ekstrem. Mereka secara terang-terangan mempunyai program anti-imigran dan anti-Islam. 

"Mereka mempunyai program terang-terangan anti-imigran dan anti-Islam, sedangkan di Indonesia, umat Islam sedikit mengungkapkan masalah saja langsung di-bully," pungkasnya. 


0 Komentar