Senin, 20 Maret 2017 14:03 WIB

BEI: Fundamental Ekonomi Positif Jaga Likuiditas Pasar

Editor : Hermawan
Bursa Efek Indonesia (BEI). (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai fundamental ekonomi nasional yang kuat menjadi salah satu faktor yang menjaga likuiditas pasar modal tetap tinggi sehingga kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat menembus rekor baru pada akhir pekan lalu, Jumat (17/3/2017).

"Makro ekonomi bagus, rata-rata pertumbuhan perusahaan juga bagus sekitar 30 persen, itu yang menjaga likuiditas pasar modal kita tinggi," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Senin (20/3/2017).

Samsul Hidayat menambahkan di tengah fundamental ekonomi nasional yang positif juga turut memicu arus masuk dana asing ke pasar modal meningkat. Apalagi, tingkat imbal hasil investasi di pasar modal Indonesia cukup menggiurkan. Sepanjang tahun ini, kinerja IHSG mencatatkan pertumbuhan 4,60 persen.

"Pertumbuhan pasar modal Indonesia menarik minat investor masuk," katanya.

Berdasarkan data BEI, IHSG mengalami penguatan sebesar 22,19 poin atau 0,40 persen menjadi 5.540,43 poin, pada Jumat (17/3/2017), yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah di industri pasar modal.

Rekor penutupan IHSG sebelumnya terjadi pada 7 April 2015 di level 5.523,29 poin. Sementara itu, di sepanjang tahun 2017 ini investor asing telah membukukan beli bersih sebesar Rp4,288 triliun.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida mengatakan bahwa kinerja IHSG menunjukkan kondisi ekonomi dan industri pasar modal domestik kondusif.

"Pasar yang kondusif membuat demand dari investor meningkat, sehingga harga-harga menjadi bagus dan indeks BEI mencapai rekor baru. Jadi, pencapaian rekor indeks BEI karena banyak transaksi termasuk dari investor asing," kata Nurhaida.

Ia mengharapkan bahwa industri pasar modal Indonesia dapat menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyediakan pembiayaan pembangunan infrastruktur.

"Pemerintah sedang membangun infrastruktur, dana dari Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 membutuhkan dana yang luar biasa besar hampir Rp5.000 triliun, pasar modal bisa untuk 'involved'," ujarnya.

 

 

sumber: antara


0 Komentar