Senin, 17 April 2017 17:03 WIB

Pilkada DKI 2017, Pengamat LIPI: Politik Uang Jadi Salah Satu Upaya Giring Pemilih

Reporter : Sriyanti Lumban Gaol Editor : Hermawan
diskusi publik: "Dogma dan Liberasi Politik dalam Mewujudkan Pilkada DKI Jakarta Damai" di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, (17/4/2017). Foto: Yanti.

JAKARTA, Tigapilarnews - Pengamat politik LIPI, Indria Samego mengungkapkan kontestasi putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 saat ini mengandung unsur politisasi sumber daya yang digunakan oleh aktor-aktor tertentu dalam menghindari kekalahan demi tujuan kemenangannya.

Hal tersebut ditilik dari seluruh tokoh dalam Pilkada DKI ini ditunggangi oleh ketua DPP partai pendukung yang membuat pertarungan dilakukan secara all out.

"Kalau para pemimpinya menyadari makna pilkada, susksenya pilkada secara harus secara demokrasi. Persoalnya ada semacam politikalisasi sumber daya yang digunakan siapa pun aktornya, yang menghindari kekalahan dan mencapi kemenangan," ujar Indria dalam diskusi publik: "Dogma dan Liberasi Politik Dalam Mewujudkan Pilkada DKI Jakarta Damai" di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, (17/4/2017).

Dia membenarkan politik lama yang sampai saat ini masih berkesinambungan hingga Pilkada DKI sekarang. Pertama, kekuatan politik tradisional, kedua ada sumber otoritas karismatik.

Jadi, kata Indria, siapa yang mempunyai karisma akan dipilih. Apabila tidak ada otoritas rasional pun dipilih, yaitu menggunakan sumber daya politik yang soft bernama politik uang dengan membagi-bagi uang untuk mempengaruhi pemilih.

"Karena peran medsos cukup baik dan efektif, jadi tidak sembarang orang. Yang pasti untuk mendapatkan dukungan tidak ada yang gratis, semua ada imbalan untuk itu. Secara tidak langsung sebagai bentuk upaya menggiring pemilih tidak balik kanan, caranya yah itu, "tandasnya.

 


0 Komentar