Senin, 24 April 2017 12:53 WIB

Wanita Penyandang Tunarungu Ini Berhasil Biayai Kuliah Anaknya Hingga Tamat

Reporter : Ryan Suryadi Editor : Hendrik Simorangkir
Tuti yang memiliki kekurangan bekerja sebagai juru parkir di pertokoan Kelapa Gading. (Foto: Ryan Suryadi)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Siapa bilang memiliki keterbatasan fisik menjadi penghalang melakukan kegiatan sehari-hari apalagi sudah berurusan untuk mencari nafkah. 

Tuti, salah satu penyandang tuna rungu yang menyadari memiliki kekurangan, tapi ia tidak putus asa dan menjadikan kekurangan itu menjadi sebuah hambatan untuk dirinya bekerja.   

Perempuan yang saat ini telah berusia 55 tahun, masih setia dengan pekerjaannya sebagai juru parkir. Tuti telah melakoni pekerjaannya itu sejak 18 tahun lalu. 

Perempuan yang selalu murah senyum tersebut ditemui tigapilarnews.com di kawasan pertokoan Jalan Gading Elok, Kelapa Gading, Jakarta Utara. 

Berbekal sebuah peluit, ia memulai aktifitasnya setiap hari untuk memandu seorang sopir agar mendapatkan tempat parkir.

"Saya sudah dari tahun 1999 menjadi tukang parkir. Kalau mobil, saya kenakan tarif Rp 5.000, sedangkan sepeda motor Rp 2.000," kata Tuti, Senin (24/4/2017).

Tuti yang tinggal di wilayah Pondok Kopi, Klender, Jakarta Timur, memiliki seorang suami dan anak. Suami Tuti, Apuang (48) hanya bekerja sebagai buruh serabutan.

Bekerja selama 18 tahun menjadi juru parkir, ia berhasil menyekolahkan anak semata wayangnya, Ita, hingga ke perguruan tinggi. 

"Alhamdulillah dia (Ita) sudah lulus kuliah. Sekarang sudah bekerja disalah satu perusahaan swasta," ungkap Tuti. 

Tuti memulai aktifitasnya dimulai pukul 06.00-23.00WIB. Bukan tanpa beban, selama ia melakoni pekerjaannya setiap harinya, selalu saja ada oknum memanfaatkan keterbatasan yang dimiliki Tuti untuk meminta jatah. 

Wanita asli Bogor ini mengaku sehari bekerja sebagai juru parkir dia bisa mendapat Rp 300 ribu. Ia mengungkapkan, kalau oknum yang meminta jatah selalu mengambil Rp 100 ribu. 

"Saya berkerja selama 17 jam, namun tidak bekerja pada hari Selasa. Saat saya bekerja, setiap harinya ada oknum yang meminta jatah sebesar Rp 100 ribu," jelasnya.

Tuti menjelaskan, oknum tersebut datang menghampirinya setiap hari pukul 09.00-11.00 WIB. Jika tak diberikan, maka tak segan perlakuan kasar mengancamnya.

"Suami saya, Apuang pernah digebukin lantaran protes kepada mereka. Kadang pusing sendiri kalau parkir kendaraan sepi. Sementara setoran harus tetap diberikan dengan yang sudah ditetapkan oleh dinas," katanya. 

Tuti pun bingung lantaran Sudin Perhubungan dan Transportasi Jakarta Utara tak mampu mencegah oknum tersebut. Padahal dia telah melaporkannya, namun tak pernah ada penyelesaian.

"Waktu itu pernah dilaporin, tapi mereka (oknum) masih saja terus meminta setoran," pungkasnya. 

Ia berharap semoga Dinas Perhubungan Jakarta Utara segera menindak tegas oknum tersebut.  


0 Komentar