Sabtu, 24 Juni 2017 19:06 WIB

Tugas Mulia Sopir Bus AKAP Saat Musim Mudik Lebaran

Reporter : Ryan Suryadi Editor : Hendrik Simorangkir
Fajar (memakai baju merah) sopir bus AKAP tak bisa berlebaran bersama keluarga. (Foto: Ryan Suryadi)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Lebaran adalah saat-saat yang ditunggu oleh umat Islam. Tentu, bisa berkumpul dengan keluarga adalah idaman banyak orang di hari yang fitri ini. Namun, tidak semua orang seberuntung itu. Salah satu profesi yang tidak mengenal libur saat Lebaran yakni sopir bus antar provinsi (AKAP).

Bagi sopir bus yang tinggal jauh dari kampung halaman, mudik adalah hal yang dinanti-nantikan. Tetapi tidak setiap tahun mereka bisa merasakan mudik. Terlebih untuk bisa salat Ied di kampung halaman bersama keluarga. 

Kita mengenal kebanyakan sopir bus AKAP sedang sibuk-sibuknya jelang Lebaran atau saat lebaran. Mereka membawa penumpang untuk mudik ke kampung halamannya masing-masing.

Sebagai moda transportasi, bus AKAP adalah pilihan utama untuk mudik. Selain harganya relatif terjangkau, penumpang tidak perlu beli tiket jauh-jauh hari seperti kereta atau pesawat. 

Salah satunya adalah Fajar Sidiq (46), yang sudah 8 tahun menjadi sopir bus AKAP ini, telah merasakan kepedihannya saat momen terpenting ini ia harus melewatkan kebersamaannya berkumpul bersama keluarga. 

Meski pekerjaan mengemudi bus jarak jauh sangat berat, pria asal Garut, Jawa Barat ini tetap memilih profesi ini. 

Fajar yang mengemudikan bus AKAP dengan tujuan Jakarta-Madura ini menjelaskan, ada sebuah kebanggaan dan kebahagiaan yang hanya dirasakan sopir bus AKAP saat bulan Ramadan tiba.

"Kalau saat musim Lebaran ya, kami mengantar orang pulang ke kampung halaman, diperjalanan kita dengar cerita-cerita hidup mereka, mungkin tidak akan pernah ketemu lagi, tapi kisah-kisah ini kan bisa jadi pelajaran buat kita," ungkap Fajar, saat ditemui Tigapilarnews.com di Terminal Tanjung Priok, Sabtu (24/6/2017).

Fajar mengaku, dirinya telah melakoni profesi sebagai sopir AKAP disalah satu perusahaan bus terbesar, di Kota Jakarta sejak tahun 2008 silam. Dalam perjalanan karirnya, ia kerap kali menemukan musim arus mudik Lebaran yang berdampak merayakan momen yang fitri tersebut di kota yang bukan kota kelahirannya. 

"Sudah sering sekali saya Lebaran di jalan. Yang paling banyak saya merayakannya di Surabaya. Walapun begitu saya tetap berhubungan lewat telepon dengan sanak saudara dan kerabat untuk saling bermaaf-maafan," ungkap Fajar.

Untuk masalah gaji sebagai sopir bus AKAP, Fajar menuturkan, gaji yang diterimanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Selain itu, tambahnya, musim arus mudik Lebaran, seluruh sopir AKAP juga mendapatkan jatah tambahan gaji dua bangku kursi penumpang.

"Cukup untuk makan, biaya sekolah anak. Kita juga dapat tambahan gaji, dari perusahaan dan dua bangku bus sebagai bonus. Kita tidak boleh izin saat musim Lebaran. Tapi, kalau sakit baru bisa. Makanya, kita harus jalani profesi ini dengan senang hati dan rela berlebaran di kota lain," katanya.

Resiko karena perjalanan yang panjang dan melelahkan pastilah dihadapi setiap kali perjalanan. Hal ini tentu saja menjadi beban pekerjaan yang harus diatasi para sopir tersebut setiap kali bertugas.

Menurutnya, tak bisa berlebaran bersama keluarga mungkin akan terjadi tahun ini mengingat tugas yang harus dijalankan. 

Biasanya, untuk sekali jalan, membutuhkan paling tidak satu hari penuh atau 24 jam untuk mencapai daerah tujuan. Waktu tersebut dipastikan akan semakin lama saat arus mudik dan balik saat ini.

"Ya bagaimana, yang penting anak-anak dan istri bisa berlebaran. Kalau bapaknya nanti menyusul tidak apa-apa," tandasnya.


0 Komentar