Rabu, 27 Desember 2017 19:33 WIB

500.000 Anak Rohingya Tidak Punya Kesempatan Sekolah Pada Tahun 2018

Editor : Amri Syahputra

Rohingya - Tigapilarnews.com - Sebuah organisasi kemanusiaan telah memperingatkan "generasi yang hilang" dengan lebih dari 500.000 anak pengungsi Rohingya di Bangladesh tidak dapat sekolah pada tahun 2018.

Komite Penyelamatan Internasional (International Rescue Committee - IRC) mengatakan kecuali jika intervensi "didanai dengan segera", kebutuhan kemanusiaan anak akan meningkat.

"Pendidikan dalam keadaan darurat adalah intervensi yang menyelamatkan jiwa dan mengubah hidup, membantu anak pulih dan mengatasi kesulitan yang terus mereka hadapi," kata Sarah Smith, direktur senior pendidikan IRC, pada hari Jumat.

"Ini sangat mendesak bagi anak-anak Rohingya; tidak ada yang memperhatikan kebutuhan mereka, dan mereka menghadapi beberapa tingkat trauma tertinggi yang pernah dilihat," ujar Sarah Smith.

"Sampai hak anak atas pendidikan di krisis Rohingya terwujud, kita menghadapi ancaman generasi yang hilang dari apa yang sudah menjadi salah satu populasi paling rentan di dunia."

Kurang dari dua persen dana kemanusiaan berjalan menuju pendidikan, sektor yang paling kekurangan dana untuk menanggapi situasi Rohingya, kata IRC.

Evan Schuurman, bagian dari tim tanggap darurat Save the Children di Cox's Bazar, mengatakan pada bulan Oktober bahwa sekolah sangat penting bagi anak-anak pengungsi yang trauma.

"Sekolah bukan hanya belajar," tulisnya dalam sebuah karya yang diterbitkan oleh Al Jazeera. "Ini menyediakan rutinitas dan rasa normal, tempat dimana anak bisa berteman, bermain dan mengingat bagaimana rasanya menjadi anak-anak.

"Ini juga merupakan bentuk perlindungan penting dari eksploitasi dan pelecehan, seperti perdagangan manusia."

Menurut Aliansi Burma Oxford, sebuah organisasi yang dikelola oleh mahasiswa di Universitas Oxford, lebih dari 60 persen anak-anak Rohingya berusia antara lima dan 17 tahun tidak pernah bersekolah karena kemiskinan, pembatasan pemerintah terhadap gerakan mereka, dan kurangnya sekolah di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Lebih dari 620.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh sejak 25 Agustus karena takut akan pelecehan oleh tentara Myanmar, Amerika Serikat dan PBB melihat ini sebagai adalah "pembersihan etnis".

Krisis yang sedang berlangsung telah digambarkan sebagai eksodus paksa terbesar tahun 2017.

Bangladesh dan Myanmar menandatangani kesepakatan bulan lalu untuk mengembalikan ratusan ribu pengungsi Rohingya, namun sedikit yang diketahui mengenai rinciannya.


0 Komentar