Rabu, 24 Januari 2018 14:08 WIB

Survei LSI: PDIP dan Golkar Bersaing di Pemilu 2019

Editor : Rajaman
Peneliti LSI Rully Akbar Saat Pemaparan (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Kurang dari setahun lagi Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden akan dilaksanakan serentak untuk pertama kali.

Partai politik dan capres sudah menyiapkan kuda-kuda menghadapi pemilu. Pentahapan pemilu pun sudah dimulai dengan dimulai verifikasi partai politik.

Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan hanya 2 (dua) partai politik yang perolehan dukungan saat ini (elektabilitas) diatas perolehan suaranya di pemilu legislatif 2014. Kedua partai tersebut adalah PDIP dan Partai Golkar.

Saat ini, elektabilitas PDIP sebesar 22.2 %, lebih besar dari perolehan suaranya di pemilu 2014 yaitu 18.95 %.

Elektabilitas Partai Golkar sebesar 15.5 %, lebih besar dari perolehan suaranya di pemilu 2014 yaitu sebesar 14.75 %. Elektabilitas partai lainnya rata-rata dibawah perolehan suaranya di pemilu 2014.

“Pasca pergantian kepemimpinan, elektabilitas partai Golkar mulai membaik dan menunjukan tren kenaikan,” jelas peneliti LSI Rully Akbar dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (24/1/2018).

Pada survei LSI Denny JA, bulan Agustus 2017, elektabilitas partai Golkar saat itu sebesar 11.6 %, di peringkat ketiga dibawah partai Gerindra. Pada Desember 2017, elektabilitas Golkar naik menjadi 13.8 %, dan Januari 2018 naik lagi menjadi 15.5 %.

Sementara itu, elektabilitas PDIP justru mengalami penurunan. Pada survei LSI Denny JA, Agustus 2017, elektabilitas PDIP berada di angka 28.3 %. Naik cukup besar dari perolehan suaranya di pemilu 2014. Pada Desember 2017, elektabilitas PDIP justru mengalami penurunan yaitu di angka 22.7 %. Dan saat ini, Januari 2018, elektabilitas PDIP sebesar 22.2 %.

Mengapa PDIP mengalami penurunan? Dan mengapa partai Golkar mengalami kenaikan? Menurut Rully ada tiga alasan yang bisa menjelaskan. Pertama, pemilih yang sebelumnya “lari” ke partai lain terutama PDIP, kembali ke “kandang” Golkar.

“Migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform partai yang sama yaitu nasionalis, dan juga memiliki basis dukungan tradisional yang sama yaitu pemilih menengah bawah (wong cilik),” lanjutnya.

Selain itu menurutnya faktor “kemesraan” antara Golkar dan Jokowi yang ditandai dengan masuknya lagi kader Golkar yakni Idrus Marham kedalam kabinet kerja juga mempengaruhi. “Golkar bisa imbangi asosiasi Jokowi dengan PDIP dan kinerja positif Jokowi berdampak pada partai yang terasosiasi dengan Jokowi,” ucapnya.

Survei dilakukan dengan responden sebanyak 1.200 orang yang dipilih berdasarkan multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34 propinsi dari tanggal 7 sampai tanggal 14 Januari 2018. Margin of error survei ini adalah plus minus 2.9 persen. Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis, dan depth interview narasumber.


0 Komentar