Kamis, 25 Januari 2018 19:41 WIB

Agama Bukan Sumber Konflik

Editor : Yusuf Ibrahim
Wapres Jusuf Kalla. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Wakil Presiden (Wapres) RI, Jusuf Kalla (JK) mengatakan berdasarkan pengalamannya menyelesaikan berbagai konflik bahwa agama bukan sumber kekerasan.

"Saya menyakini bahwa agama bukan sumber konflik dan kekerasan, semua agama sangat menekankan ajaran tentang perdamaian dan kedamaian," kata Wapres Jusuf Kalla pada Sidang Senat Terbuka Luar Biasa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, dalam rangka Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) Muhammad Jusuf Kalla yang digelar di Makassar, Kamis (25/01/2018). 

Semua agama, kata JK, sangat menekankan ajaran tentang perdamaian dan kedamaian. Misalnya Islam yang namanya saja berarti `damai". Islam datang adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.

"Jadi tegas dan jelas, Islam datang bukan untuk menciptakan konfik dan kekerasan," sebut JK.

JK yang berpengalaman menangani berbagai konflik termasuk Aceh, Ambon, dan Poso ini mengemukakan, dalam berbagai upayanya di lapangan untuk mengatasi konfik dan kekerasan guna menciptakan perdamaian dan rekonsiliasi, ia menemukan bahwa agama, atau ajaran tertentu dari agama, telah disalahartikan dan disalahgunakan (used and abused).

Penyalahgunaan agama itu, kata dia, sering terkait dengan kepentingan politik, ekonomi dan kontestasi lain di antara kelompok masyarakat atau komunitas berbeda.

Dalam pertemuan-pertemuan massal dan terbatas di antara pihak-pihak yang terlibat pertikaian, konfik dan kekerasan, ucapnya, pihaknya berulang kali menyatakan kepada para pemimpin agama dari agama-agama yang berbeda, bahwa masing-masing pemimpin kelompok kekerasan telah menjual surga dengan harga murah. 

"Ini mereka lakukan dengan memerintahkan orang-orang dalam kelompoknya untuk membunuh musuh-musuh mereka karena dengan begitu mereka disebut akan masuk surga," tegasnya. 

Ia juga mengingatkan berbagai kajian ilmiah-akademis menyimpulkan, konfik, kekerasan dan perang banyak terkait dengan masalah ekonomi. Penelitian-penelitian yang dilakukan banyak ahli menegaskan, kepincangan dan ketidakadilan ekonomi di antara kelompok warga merupakan salah satu faktor utama konfik dan kekerasan. 

Pengangguran dan kemiskinan yang dialami sebagian warga, lanjutnya, membuat mereka jauh dari sejahtera, dan sebaliknya hidup dalam kesengsaraan dan kenestapaan.

Orang-orang atau kelompok masyarakat yang mengalami kepincangan dan ketidakadilan ekonomi, kata dia, termasuk salah satu kelompok paling rawan bagi tumbuhnya radikalisme yang mengakibatkan konfik dan kekerasan. 

"Perdamaian, kedamaian dan harmoni menghadapi tantangan serius jika masih banyak warga atau kelompok masyarakat yang menganggur dan miskin sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari," pungkasnya.(ant)


0 Komentar