Selasa, 30 Januari 2018 08:14 WIB

Fahri Hamzah: Kunjungan Jokowi ke Afghanistan Tak Perlu Didramatisir

Editor : Rajaman
Kunjungan Jokowi ke Afghanistan (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai tak perlu ada yang dikhawatirkan dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Afghanistan dalam lawatannya ke negara Asia Selatan

Sebelumnya, kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Afghanistan, Senin (29/1/2018) kemarin menjadi sorotan. Betapa tidak, ibu kota negara itu, Kabul baru saja mendapat serangan teror dengan korban jiwa mencapai 100 orang lebih.

Fahri melanjutkan, seluruh pihak jangan terlalu paranoid dan takut akan keselamatan Jokowi selama berkunjung kesana. Pasalnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena semua pemimpin negara berkunjung ke daerah rawan konflik seperti Afghanistan pastinya akan menerapkan zona aman apalagi yang hadir adalah pemimpin negara. 

"Jadi tidak perlu ada dramatisasirkan karena ini biasa-biasa saja. Indonesia tidak punya musuh karena tidak punya politik keberpihakan pemerintah," kata Fahri saat dihubungi, Selasa (30/1/2018). 

Fahri menjelaskan, dirinya kerap kali melakukan kunjungan ke berbagai negara khsusnya ke negara timur tengah tapi semua aman-aman saja tanpa ada gangguan apapun yang terjadi.

"Saya sendiri sebagai pemimpin rombongan dalam berbagai kunjungan saya terbang ke Iraq dalam suasana dimana hanya Greezone daerah terbatas 12 kilo dijamin aman yang lainnya tidak aman tidak ada masalah kita terbang saja," terangnya.

Di Afghanistan, pengawalan terhadap Jokowi sangatlah ketat. Jokowi naik mobil lapis baja dan dua helikopter mengawal dari atas iring-iringan Presiden RI itu.

Setibanya di Istana Kepresidenan, Presiden Afganistan Ashraf Ghani langsung menyambut kedatangan Jokowi dengan upacara kenegaraan. Turunnya salju tak menghambat upacara tersebut.

Jokowi mengungkap, alasannya tetap menginjakkan kaki di Afghanistan sebagai bentuk solidaritas untuk negara Muslim yang tengah mengalami konflik tersebut. Menurut Jokowi, Umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik, perang dan terorisme.

"Datanya sangat memprihatinkan: 76 persen serangan teroris terjadi di negara Muslim dan 60 persen konflik bersenjata di dunia terjadi di negara Muslim. Lebih jauh lagi, jutaan saudara-saudara kita harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, 67 persen pengungsi berasal dari negara Muslim," kata Jokowi.

"Apakah kita akan biarkan kondisi yang memprihatinkan ini terus berulang terjadi? Tentu tidak. Kita tidak boleh membiarkan negara kita, dunia, berada dalam situasi konflik. Penghormatan kita kepada kemanusiaan, kepada humanity, seharusnya yang menjadi pemandu kita dalam berbangsa dan bernegara." 


0 Komentar