Rabu, 14 Maret 2018 12:31 WIB

PLN Pasang 22.000 MW Proyek Pembangkit Listrik

Editor : Amri Syahputra
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Perusahaan listrik negara (PLN) secara resmi telah memangkas alokasi untuk pembangkit listrik baru dalam rencana bisnis baru 10 tahun sekitar 22.000 megawatt (MW) menjadi hanya 56.000 MW karena permintaan listrik yang melambat sepanjang tahun lalu.

Dalam rencana bisnis pengadaan listrik sebelumnya (RUPTL) untuk periode 2017-2026, PLN membayangkan pengembangan pembangkit listrik baru dengan kapasitas gabungan sekitar 77.900 MW berdasarkan asumsi bahwa penjualan listriknya akan tumbuh 8,3 persen per tahun.

Padahal, penjualan listrik PLN hanya meningkat 3,57 persen tahun lalu, meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan situasi kelebihan pasokan.

Oleh karena itu, perusahaan telah membatalkan alokasi untuk pabrik baru menjadi sekitar 56.000 MW dalam RUPTL barunya untuk periode 2018-2027 berdasarkan asumsi bahwa permintaan listrik akan tumbuh 6,86 persen per tahun dalam dekade berikutnya.

"Alokasi yang memangkas (sekitar 22.000 MW) dimasukkan dalam daftar potensial dan hanya dapat dikembangkan jika kita sudah memiliki permintaan," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan kepada wartawan pada Selasa malam.

Dalam rencana bisnis baru, PLN memangkas alokasi untuk fasilitas pembangkit listrik tenaga batubara sekitar 5.000 MW, pembangkit berbahan bakar gas dan gabungan siklus oleh 10.000 MW dan proyek terbarukan sebesar 6.600 MW.

"Jika permintaan listrik tiba-tiba meningkat, mungkin saja kita merevisi rencana bisnis itu sekali lagi," kata direktur perencanaan perusahaan PLN Syofvi Felienty Roekman.

Syofvi mengatakan, hanya sekitar 20.000 MW pembangkit listrik yang termasuk dalam program 35.000 MW pemerintah yang akan beroperasi pada 2019.


0 Komentar