Senin, 02 April 2018 14:53 WIB

Masjid Miliki Peran Penting untuk Dewasakan Demokrasi di RI

Editor : Yusuf Ibrahim
Waketum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen Syafruddin (tengah). (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Keberadaan masjid di Indonesia tak bisa dipisahkan dari kehidupan demokrasi di Tanah Air.

Waketum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen Syafruddin, mengatakan masjid memiliki peran penting untuk mendewasakan demokrasi di RI.

"Apa yang jadi fokus dialog kita, peran masjid, mubalig, dan politikus muslim, ketiganya bukan untuk dibenturkan. Masjid punya peran penting dalam kehidupan demokrasi. Masjid bukan tempat kampanye meskipun kita menyadari pernah terjadi di atas mimbar masjid disadari atau tidak disadari terjadi, saking semangatnya, ada ucapan-ucapan dari mimbar masjid dijadikan arena politisasi," kata Syafruddin.

Hal itu diungkapkan Syafruddin dalam diskusi 'Peran Masjid, Mubalig dan Politisi Muslim dalam Mengawasi Pilkada Serentak' di Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat, Rabu (7/3/2018).

Syafruddin, yang juga menjabat Wakapolri, mengatakan masjid harus kembali pada fitrahnya sebagai tempat beribadah. Ia mengatakan masyarakat harus memisahkan masjid sebagai tempat ibadah dari urusan politik.

"Saya juga tidak ingin mengatakan urusan politik harus di luar masjid karena kita tidak bisa batasi. Hanya ada dua negara di dunia, masjid tidak dikontrol pemerintah, yaitu Pakistan dan Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia patut bersyukur, khususnya umat islam, bahwa dengan tanpa dikontrol pemerintah, tanpa dikendalikan, tanpa diatur, tanpa dibiayai, masjid bisa sejahtera," ujar Syafruddin.

Kajian yang diselenggarakan oleh Cendekia Mubaligh Indonesia itu juga dihadiri pakar komunikasi, Effendi Gazali dan eks Ketua DPR Priyo Budi Santoso sebagai narasumber. Dalam kajian ini, Priyo mengatakan akan ada tiga skenario yang akan terjadi dalam Pilpres 2019.

Skenario pertama, dikatakan Priyo, adalah adanya calon presiden head to head antara Jokowi dan Prabowo. Yang kedua akan ada skenario calon tunggal, yakni duet Jokowi dan Prabowo.

"Yang ketiga munculnya poros baru. Demokrat, PKB, PAN berkoalisi menjadi satu dan itu memunculkan poros baru. Kalau terjadi, akan munculnya kekuatan politik. Kalau skenario pertama terjadi, Pak Jokowi akan didukung oleh cawapers," kata Priyo.(exe/ist)


0 Komentar