Sabtu, 05 Mei 2018 15:40 WIB

Peningkatan Status di "Kota Tepian Surga" Mendesak Dilakukan

Editor : Yusuf Ibrahim
Tokoh masyarakat Cirebon, Sutrija. (foto Esa/Tigapilarnews.com)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Usulan perubahan status Cirebon menjadi Daerah Khusus Wali atau Daerah Istimewa Wali sangat mendesak dilakukan.

Karena itu, semua pihak terkait diminta bergerak cepat dan benar-benar memiliki keperdulian tinggi. Sehingga, daerah yang kental dengan nuansa religius tersebut, tidak sebatas predikat.

Cirebon biasa dikenal sebagai Kota Udang, juga memiliki banyak spot wisata religi. Bahkan, bagi mayarakat muslim, Cirebon juga dikenal sebagai kota Wali, terlebih karena ada makam Sunan Gunung Jati.

“Harus ada aura kewalianya, tidak boleh seperti saat ini. Walaupun dibilang Kota Wali, tapi tidak ada sama sekali pernak-perniknya. Bahkan sampai dengan perayaan HUT Kota Cirebon, dari mal sampai tempat-tempat lainya, tidak terlihat ada pernik tentang kewalian. Bisa dikatakan kalah dengan Hari Raya Imlek. Itu banyak sekali pernak-pernik seputar imlek,” terang salah satu tokoh masyarakat Cirebon, Sutrija, kepada tigapilarnews.com, di Jakarta, Sabtu (05/05/2018) siang.

“Tidak ada budaya-budaya Cirebon yang muncul atau ditampilkan, membuat kita semua harus prihatin. Karena itu, harus kita tingkatkan statusnya menjadi Daerah Khusus Wali atau Daerah Istimewa Wali supaya Pemda di sana bisa tahu bagaimana pemanfaatan Daearah Wali ini dengan sangat baik,” jelasnya.

Misalnya saja, masih diutarakan Sutrija, setiap jalan atau gang yang ada bisa dipasangi pigura tetang keislaman. “Jadi saat orang masuk Cirebon, bisa tahu dan kenal Islam. Tidak seperti kota lainnya yang tidak ada cirinya, sehingga Cirebon kini dianggap tidak memiliki beda. Karena itu, Cirebon harus di-branding, inilah Kota Wali yang sesungguhnya,” tegas Jaja- sapaan Sutrija.

Mendesaknya perubahan tersebut, lebih jauh diutarakan Jaja lagi, berdasarkan kondisi yang kini tidak baik di masyarakat. Misalnya saja, adanya rencana pembangunan kuburan mewah dan banyaknya wanita baik yang berstatus belum atau sudah menikah, memilih bekerja ke luar negeri.

Padahal, hal tersebut bisa diatasi atau dijawab jika status Cirebon sebagai Daerah Khusus Wali bisa segera terwujud.

“Karena, Cirebon itu sesungguhnya Kota Tepian Surga, apa pun ada, enak, istilah sedikit lagi masuk surga. Kondisinya alamnya bagus, demografinya bagus, letak geografinya juga, ada laut, daratan rendah dan daratan tiggi. Kalau diintegrasikan program-program ini, maka daerah yang berisi daratan dan maritim lalu dijadikan satu, bisa mengangkat taraf hidup, ekonomi masyarakat Cirebon,” papar dewan pendiri Cindrakuma (Cirebon, Indramayu, Kuningan dan Majalengka).

Sebagai catatan, Cirebon dikenal punya segudang  tempat wisata sejarah yang menggambarkan kisah kejayaan kerajaan Islam.

Jika ingin menelusuri lebih jauh soal jejak Kesultanan Cirebon, lanjutkan perjalanan ke Keraton Kanoman atau kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Wisatawan akan melihat akulturasi budaya Jawa, Sunda, Arab, Cina, dan Eropa yang tampak dari arsitektur bangunannya.

Kejayaan Cirebon juga bisa dilihat di Taman Sari Gua Sunyaragi, yang dulu menjadi tempat istirahat dan meditasi keluarga Sultan Cirebon. Cagar budaya ini terbagi menjadi kompleks pesanggrahan dan gua yang memiliki terowongan penghubung serta saluran air.

Lokasi Cirebon, yang berada di sepanjang pantai utara Jawa, membuatnya memiliki sejumlah obyek wisata pantai dan waduk, di antaranya Pantai Kejawanan, Situ Sedong, dan Telaga Remis.

Soal buah tangan, batik Trusmi khas Cirebon, yang punya motif mega mendung bisa jadi pilihan. Motif awan ini merupakan akulturasi budaya Cina dan Islam sejak era Wali Songo. Wisatawan akan dimanjakan dengan deretan gerai batik yang memanjang dari Desa Trusmi sampai pusat wisata kuliner Empal Gentong di daerah Battembat.(exe/ist)


0 Komentar