Sabtu, 05 Mei 2018 16:57 WIB

Tokoh Masyarakat Kritisi Libur Selama Ramadan di Cirebon

Editor : Yusuf Ibrahim
Tokoh masyarakat Cirebon, Sutrija. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Pelaksanaan rangkaian kegiatan saat Ramadan di Cirebon, kini dinilai tidak lagi bisa berlangsung dengan baik.

Untuk itu, diperlukan perhatian dari semua pihak. Sehingga, daerah yang kental dengan nuansa religius tersebut kembali mendapatkan acungan jempol.

“Dahulu, setiap puasa libur selama satu bulan penuh. Masyarakatnya, terutama para pelajar, bisa ikut pesantren kilat, mengaji dan lain sebaginya dengan baik. sekarang ini, libur hanya di awal minggu dan akhir minggu, bahkan juga tidak jelas,” ucap salah satu tokoh masyarakat Cirebon, Sutrija, kepada tigapilarnews.com, di Jakarta, Sabtu (05/05/2018) siang.

“Kalau sekarang, bulan puasa justru masuk, jadi sangat disayangkan. Padahal ini bulan suci, bukan hari raya,” sambungnya.

Karena itu, dilanjutkannya, Cirebon harus cepat mengalami perubahan status. Cirebon terus didorong menjadi Daerah Khusus Wali atau Daerah Istimewa Wali. Sebab dengan demikian, sebutan daerah yang kental dengan nuansa religius tersebut, tidak pudar.

“Kalau sudah jadi Daerah Khusus Wali, bisa saja seperti Aceh yang punya Perda sendiri. Sehingga setiap puasa diliburkan, supaya semua kegiatan keagamaan, berjalan semestinya. Ini jadi pertanyaan, kemajuan atau kemunduran Islam. Lama-lama tradisi libur puasa terdegradasi. Sedangkan hari keagamaan lain justru liburnya lebih banyak. Kiai-kiai juga terlihat diam saja, tidak ada yang komplain, protes, malah senang, ini ada apa? Padahal jumlah pesantren di Cirebon jumlahnya sampai 671,” tuturnya.

“Kita harus membuat Cirebon berbeda dengan kota lainnya. Jangan sampai diplesetkan menjadi yang tidak baik,” pungkasnya.(exe)


0 Komentar