Jumat, 29 Juni 2018 10:53 WIB

Pemimpin Partai Buruh Inggris Raya, Jeremy Corbyn Mengakui Negara Palestina

Editor : A. Amir
Pemimpin oposisi Inggris Raya, Jeremy Corbyn

London, Tigapilarnews.com - Pemimpin oposisi Inggris Raya, Jeremy Corbyn, Ahad (24/6) lalu menyatakan bahwa Partai Buruh berkomitmen untuk “sepenuhnya mengakui” negara Palestina serta menuntut diakhirinya penjajahan dan permukiman ilegal Yahudi oleh ‘Israel’. Ia juga menekankan perlunya mengakhiri perang di Suriah.

Corbyn juga mengkritik upaya negosiasi pemerintahan Donald Trump, yang dikenal dengan “deal of the century” (kesepakatan abad ini). Corbyn menyatakan, “Saya tidak tahu apa yang dilakukan “kesepakatan abad ini”, tapi yang saya tahu adalah hak rakyat Palestina harus dipenuhi. Itu berarti mengakhiri penjajahan, kebijakan permukiman ilegal Yahudi dan blokade Gaza, serta mengakui hak untuk kembali.”

Pernyataan tersebut dilontarkan Corbyn kepada sejumlah media, termasuk Arabi21 saat kunjungannya ke kamp pengungsi Baqa’a, kamp pengungsi Palestina terbesar di Yordania pada Sabtu (23/6) lalu. Ia mengunjungi kamp tersebut untuk mempelajari tentang pelayanan yang diberikan oleh UNRWA di Yordania.

Dalam pernyataan eksklusif kepada Arabi21 Corbyn menyatakan, “Pengurangan dana UNRWA oleh Amerika menimbulkan kesenjangan dalam anggarannya. Saya berharap AS berubah pikiran, begitupula dengan dunia, khususnya Eropa dan Inggris Raya, serta memastikan lembaga itu meneruskan pekerjaan baiknya.”

“Saya meminta pemerintah Inggris untuk memberikan lebih banyak kepada UNRWA … Yordania memiliki jumlah pengungsi terbesar dan berkontribusi besar untuk mendukung para pengungsi.”

Saat kunjungannya ke kamp pengungsi Palestina di Yordania, Baqa’a, Corbyn bertemu dengan para karyawan UNRWA di pusat kesehatan kamp, sekolah, dan siswi-siswi di sekolah menengah khusus putri.

Berdasarkan data statistik UNRWA, sekitar 130.000 hingga 150.000 pengungsi Palestina dan Suriah tinggal di kamp Baqa’a. Itu merupakan salah satu dari enam kamp “darurat” yang didirikan pada 1968 untuk menampung para pengungsi Palestina dan mereka yang diusir dari Tepi Barat dan Gaza setelah perang ‘Israel’ 1967.* (Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha)


0 Komentar