Senin, 30 Juli 2018 11:20 WIB

Rekomendasi Cawapres 2019, Deretan Prestasi Salim Aljufri Hingga Ulama Tawadhu yang Tak Gemar Pencitraan

Editor : Yusuf Ibrahim
Salim saat menginap di rumah masyarakat terpencil ketika kunjungan kerja. (foto istimewa)
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Direktur Paramitra Foundation, Irfan Fauzi Arief memaparkan profil Habib DR. Salim Segaf Aljufri MA, rekomendasi Cawapres 2019 Ijtima' ulama dan tokoh nasional.
 
Dikatakannya, jika Salim merupakan sosok Ulama Tawadhu' dan berprestasi namun tidak gemar pencitraan. Sehingga Masyarakat banyak yang tidak tau tentang Salim.
 
Diutarakannya, pada 17 Juli 1954, di Pasar Kliwon, Solo, terlahir seorang bayi yang diberi nama Salim Segaf Al-Jufri. Selanjutnya, Salim menghabiskan masa anak-anak di kota Solo sampai lulus di SD Diponegoro.
 
Setelah tamat Sekolah Dasar, Ustadz Salim berpindah ke Palu. Di kota ini, ia mengenyam pendidikan MTs Al-Khairaat dan MA Al-Khairaat. Sangat masuk akal, karena Ustadz Salim adalah cucu dari ulama besar yang menetap di Palu, yakni KH Said Idrus Al Jufri. Ulama yang lebih dikenal dengan nama “Guru Tua Al Jufri” adalah pendiri Yayasan Al Khairaat.
 
Lulus dari MA Al-Khairaat, Ustadz Salim merantau ke Arab Saudi, dan menyelesaikan jenjang S1, S2 dan S3 di Jurusan Syariah, Madinah University, Arab Saudi. Usai menyelesaikan pendidikannya di Arab Saudi, Ustadz Salim kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar di Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Dosen Dirosat Islamiyah Al-Hikmah, Jakarta juga menjadi staf pengajar di Fakultas Syariah LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), Jakarta. Di kancah internasional, Ustadz Salim merupakan Direktur Perwakilan WAMY (World Assembly of Muslim Youth) di Asia Timur dan Asia Tenggara sejak tahun 2002 hingga sekarang.
 
Pada 20 Juli 1998, Partai Keadilan (PK) dideklarasikan di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Kemudian PK berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di partai dakwah ini, Ustadz Salim pernah menjabat sebagai ketua dewan syariah. Kemudian, pada tahun 2005, ditunjuk Presiden SBY menjadi Dubes untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kerajaan Oman sejak Desember 2005, yang konon satu-satunya Duta Besar yang menjabat Dubes selama 4 tahun dalam sejarah diplomat di Indonesia. Kemudian, beliau masuk dalam jajaran kabinet sebagai Menteri Sosial RI dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (2009 – 2014).
 
Kemudian, berdasarkan Musyawarah Majelis Syuro PKS yang berlangsung di Lembang, Jawa Barat, bulan Agustus 2015, Ustadz Salim diberi amanah berat untuk menjadi Ketua Majelis Syuro PKS untuk periode 2015 hingga 2020. Majelis Syuro adalah lembaga tertinggi di tubuh Partai Keadilan Sejahtera.
 
Meski memiliki “darah biru” ulama dan berpendidikan tinggi dengan prestasi cemerlang, Ustadz Salim dikenal sebagai sosok yang sangat bersahaja. Saat menjadi menteri misalnya, ketika melakukan perjalanan ke daerah-daerah, Salim sering menginap di rumah masyarakat ketimbang hotel mewah. Dia juga sangat santun, jujur, lembut dan rajin beribadah. Saat Ramadhan, Salim biasa beri’tikaf di masjid.
 
"Saya sering sekali menemani beliau kunjungan kerja ke daerah-daerah terpencil di Indonesia bahkan daerah sulit dituju karna faktor geografis dan tidak pernah dikunjungi aparat pemerintah, bahkan sekelas Camat setempat sekalipun. Tapi yang menarik, ketika menjadi Menteri Sosial, ketika kunjungan kerja sering meminta tidur di rumah warga yang paling miskin di daerah tersebut, tidak perduli apa agama dan suku warga miskin tersebut. Jadi ketika menjadi Mensos, Habib Salim biasa tidur di rumah warga sangat miskin yang lantainya tanah dan dindingnya bilik," kenang Irfan, salah seorang mantan tim ahli Mensos, menjelaskan kepada media.
 
Karena Menteri tidur di rumah warga kampung, maka otomatis pejabat daerah seperti Bupati dan Gubernur-pun akhirnya "terpaksa" ikutan tidur di rumah warga yang rumahnya tidak layak huni tersebut. Inilah model pendidikan experetial learning yang diterapkan Habib Salim ketika menjadi Menteri Sosial kepada para pejabat dilingkungan Kementerian Sosial dan kepada Para Pejabat di Daerah, agar mereka bisa merasakan langsung bagaimana rasanya hidup di rumah yang tidak layak huni sehingga diharapkan bisa terpanggil nuraninya untul bekerja lebih baik buat masyarakatnya.
 
"Ia adalah sosok yang bersahaja, intelektualitas akademiknya tidak patut diragukan dan pengalaman menjadi pejabat publik pun sudah teruji, muali jadi Dubes sampai Menteri, guru yang mendidik tapi tidak menghardik, mengeritik tapi tanpa harus mencaci. Sosok bersahaja, yang pantas menjadi tokoh di negeri ini, apalagi mewakili masyarakat Indonesia Timur" imbuh Kang Irfan- sapaannya Irfan Fauzi- yang kini menekuni Pascasarjana Universitas Sahid Doktor Ilmu Komunikasi.
 
Ustadz Salim menikah dengan Zaenab Alwi Basri dan dikaruniai lima anak, yaitu Idrus Salim, Sarah Salim, ‘Afaf Salim, Rihab Salim dan Sumayyah Salim. Dengan amanah berat yang disandangnya saat ini, mari kita doakan agar beliau senantiasa diberikan kekuatan.(exe/ifa)

0 Komentar