Senin, 01 Oktober 2018 00:48 WIB

Melihat Jauh Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua Bali

Editor : A. Amir
Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Nusa Dua Bali 2018

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2019 di Bali pada 8-14 Oktober mendatang, tak sekadar bicara masalah moneter belaka. Ada hal lain yang tak kalah penting untuk menambah pundi-pundi devisa negara, yaitu pariwisata.

Terlebih sektor ini dalam menyerap tenaga kerja cukup signifikan. Setidaknya 9% dari total angkatan kerja nasional bekerja di sektor tersebut. Selain itu, sektor pariwisata menyumbang 4% dari total perekonomian. Ditargetkan, sumbangan sektor ini menjadi 8% dari PDB Indonesia pada 2019.

Harus diakui pesona pariwisata Indonesia masih di bawah negara tetangga. Pada 2017, wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Malaysia dan Singapura masing-masing mencapai 25 juta dan 17 juta. Sementara itu, Indonesia hanya menorehkan 14 juta wisman. Bahkan, wisman yang melancong ke Thailand sepanjang 2017 mencapai 35 juta.

Di sisi lain, daya tarik Bali sebagai magnet utama pariwisata Indonesia masih perlu ditingkatkan. Hal itu disebabkan meski jumlah wisman mengalami peningkatan, pertumbuhan wisman selama 10 tahun terakhir relatif stagnan. Bahkan, jumlah pertumbuhan wisman mengalami penurunan signifikan dari 23,14% pada 2016 menjadi 15,62% pada 2017.

Selain Asian Games 2018, event besar lain seperti Pertemuan Tahunan IMF-World Bank bisa menjadi cara untuk menggali potensi pemasukan devisa. Ajang pertemuan keuangan tahunan terbesar dunia ini akan membahas isu-isu terkini, seperti kondisi ekonomi global, stabilitas keuangan, kemiskinan, pembangunan, lapangan kerja, dan perubahan iklim global.

Acara yang bakal dihelat di Nusa Dua ini akan dihadiri para pengambil keputusan sektor keuangan dari berbagai penjuru dunia, seperti Gubernur Bank Sentral, Menteri Keuangan, investor, akademisi, anggota parlemen, NGO, dan media massa.

Sebagai tuan rumah, Indonesia sudah mempersiapkan sejumlah agenda, antara lain pameran dagang dan produk dalam negeri, pameran pembiayaan infrastruktur Indonesia, forum investasi, promosi destinasi wisata, forum fintech, digital economy, dan ekonomi syariah. Dengan mengusung program Voyage to Indonesia dan tema Indonesia as Reformed, Resilient, Progressive, and Pro Job Economy, sedikitnya ada 15 ribu peserta dari berbagai belahan dunia yang hadir. Potensi penerimaan devisa diperkirakan minimal Rp725 miliar.

Acara ini pun diharapkan bisa mendukung pencapaian target penerimaan devisa dari pariwisata yang mengalami kenaikan 20%. Diperkirakan ada peningkatan pemasukan dari US$16,8 miliar pada 2017, menjadi US$20 miliar pada 2018.

Dalam jangka panjang acara bergengsi ini diyakini dapat membawa dua manfaat yang tak kalah signifikan. Pertama, diversifikasi wisman yang berkunjung ke Indonesia. Dari 189 negara, wisman yang berkunjung ke Indonesia ternyata hanya didominasi sembilan negara, yakni Tiongkok, Singapura, Malaysia, Australia, Jepang, India, Korsel, Inggris, dan AS.

Menurut data Badan Pusat Statistik, komposisi wisman dari sembilan negara tersebut mencapai 8 juta orang. Jumlah ini berkisar 57% atau lebih daripada separuh wisman yang berkunjung ke Indonesia pada 2017, yaitu sebesar 14 juta. Dengan demikian, wisman dari 180 negara lainnya relatif kecil, atau bahkan belum pernah berkunjung ke Indonesia.

Pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 menjadi ajang untuk mengenalkan Indonesia kepada dunia. Membidik pangsa pariwisata salah satunya harus didukung melalui pemberitaan yang positif. Selain diversifikasi wisman, manfaat jangka panjang kedua dari ajang ini ialah potensi naiknya daya saing industri pariwisata Indonesia.


0 Komentar