Senin, 08 Oktober 2018 15:02 WIB

Presiden Interpol Diperiksa China atas Dugaan Kejahatan

Editor : A. Amir

Beijing,Tigapilarnews.com- Pihak berwenang di Beijing mengumumkan bahwa Presiden Interpol asal China yang hilang ketika pulang ke negaranya saat ini sedang diperiksa terkait dugaan kegiatan kriminal.

Interpol yang sebelumnya mempertanyakan keberadaan Meng Hongwei kemudian mengatakan telah menerima surat pengunduran diri dari pejabat asal China yang langsung berlaku.

Komisi Pengawasan Nasional China yang bertugas menyelidiki kasus korupsi pegawai negeri mengeluarkan pernyataan singkat pada Senin (8/10/2018) bahwa Meng "saat ini sedang diperiksa karena diduga melanggar hukum"

Ketidakjelasan nasib Meng pertama kali dikemukakan oleh isterinya setelah menerima pesan singkat terakhir berisi emoji pisau.

China sebelumnya tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait nasib Meng yang juga wakil menteri keamanan publik sejak isu ini dikemukakan oleh pejabat Perancis pada Jumat (5/10).

Kasus Meng ini menjadi kasus terakhir dari hilangnya pejabat tinggi China dimana pejabat tinggi pemerintah, pengusaha besar bahkan selebriti terkenal hilang selama beberapa minggu atau beberapa bulan. 

Kebanyakan dari mereka diketahui nasibnya ketika hadir di sidang pengadilan.

Meng, presiden Interpol pertama asal Chin, terakhir kali melakukan kontak pada 25 September ketika meninggalkan kota Lyon tempat kantor pusat Interpol berada, menuju China. 

Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock, yang bertugas menjalankan operasional harian, mengatakan mencoba mendapatkan "klarifikasi" terkait keberadaan Meng dari pihak berwenang China. 

Satu sumber mengatakan bahwa minggu lalu polisi Perancis telah membuka penyelidikan atas hilangny Meng. 

Interpol megatakan akan memilih presiden baru bulan depan dalam pertemuan majelis umum badan itu di Interpol untuk melanjutkan masa jabatan Meng yang tersisa dua tahun.

Meng tinggal bersama isteri dan dua anaknya di Perancis sejak terpilih sebagai presiden interpol pada 2016. 

Kepada wartawan istri Meng mengatakan menerima pesan di ponsel yang berisi emoji pisau sebelum suaminya hilang.

Grace mengatakan bahwa suaminya juga mengirim pesan yang berbunyi "tunggu telpon dari saya", sebelum mengirim emoji yang berarti bahaya itu.

"Masalah ini menjadi masalah komunitas internasional," kata Grace dalam jumpa pers, Minggu (7/10/2018). 

"Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan dia," ujarnya. 

Dan setelah mendengar pengumuman dari komisi antikorupsi China terkait nasib suaminya, Grace mengatakan kepada AFP bahwa kasus yang melibatkan suaminya akan diawasi oleh "hukum internasional dan opini masyarakat internasional", ketika menggambarkan situasi ini bermotivasi politik. 

Komisi Pengawasan Nasional yang baru didirikan China ini memiliki wewenang luas untuk menyelidiki pegawai negeri tanpa diikuti dengan syarat transparansi yang cukup banyak. 

Meski komisi ini tidak merinci tuduhan yang dikenakan kepada Meng, mandat badan ini adalah menyelidiki kasus korupsi yang merupakan bagian dari kampanye antikorupsi yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping. 

Pengkritik kampanye ini menyebut bahwa kegiatan melawan korupsi ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengyingkirkan pesaing politik Xi Jinping. 

Karir Meng Hongwei di badan keamanan dalam negeri China melesat ketika negara itu masih diperintah oleh Zhou Yongkang, pesaing Presiden Xi Jinping dan pejabat tertinggi China yang diadili dalam kasus korupsi. 

Zhou Yongkang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2014 dituduh berkonspirsi untuk merebut kekuasaan pemerintah dan pihak berwenang China hingga kini masih terus menyingkirkan pengaruhnya. 

Meng Hongwei ditunjuk sebagai wakil menteri keamanan pada 2004.

Sebagai wakil menteri keamanan, Meng dipercaya memimpin sejumlah badan sensitif seperti divisi kontra-terorisme. Meng lah yang bertanggung jawab atas langkah pemerintah China terhadap sejumlah insiden yang terjadi di wilayah Xinjiang. 

Pihak yang menentang pemilihan Meng sebagai presiden Interpol mengatakan dia akan mempergunakan posisinya itu untuk membantu China mensasar pembelot yang tinggal di luar negeri dengan alasan mengejar pejabat korup. 

Interpol mengecilkan kekhawatiran tersebut dengan mengatakan bahwa presiden badan ini tidak memiliki pengaruh besar dalam operasional sehari-hari. 

Upaya China mengejar para pejabat pemerintah yang korup di luar negeri dalam Operasi Perburuan Serigala, memicu klaim dari sejumlah negara bahwa penegak hukum China beroperasi secara diam-diam di wilayah mereka tanpa mendapat izin dari pihak berwenang setempat. 

Situs Interpol memperlihatkan bahwa China mengajukan 44 surat perintah penangkapan inernasional (Red Notice) terhadap individu yang kebanyakan terlibat dalam kasus pembunuhan, penganiayaan dan penyelundupan narkoba. 

Ketika Meng menjadi presiden Interpol, badan ini mengeluarkan satu Red Notice untuk miliuner buron China bernama Guo Wengui yagn mengancam akan mengungkap korupsi di jajaran tertinggi pemerintah negara itu. 

Pihak berwenang China dan Hong Kong antara lain menuduh Guo, taipan pengembang yang tinggal di Amerika Serikat, mencuci uang bernilai miliar dolar.


0 Komentar