Minggu, 13 Januari 2019 21:44 WIB

Garam Lokal Tak Penuhi Standar Industri dalam Negeri, DPR Kecam Mendag

Editor : Rajaman
Firman Soebagyo (ist)

JAKARTA, Tigapilarnews.com -  Anggota DPR RI, Firman Soebagyo mengecam pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita yang menyebut garam lokal tidak memenuhi persyaratan industri dalam negeri, oleh karena itu pemerintah mengimpornya.

Enggar bahkan mengatakan, apabila garam lokal dijadikan sebagai bahan baku infus, maka pasien bisa meninggal. Selaku anak petani dan wakil rakyat yang daerah pemilihan (dapil)-nya berbasis masyarakat pertanian perikanan dan garam, Firman mengaku sangat kecewa dengan pernyataan Enggar tersebut.

“Pernyataan Mendag Enggartiasto akhir-akhir ini menunjukan sikap bukan negarawan, dan sebaliknya justru membunuh karakter petani dan industri dalam negeri,” kata Firman dalam siaran persnya yang diterima oleh wartawan di Jakarta, Minggu (13/1/2019).

Lebih lanjut politikus Partai Golongan Karya (Golkar) ini pun menilai bahwa pernyataan dari Enggar tersebut merupakan pernyataan yang sangat menyesatkan, tanpa ada penjelasan secara lugas apa sebab-sebabnya.

“Beberapa hari lalu Mendag buat pernyataan bahwa garam lokal kalau dipakai untuk infus berbusa dan pasien bisa mati. Lalu ada pernyataan kontroversi yang sama, bahwa gula lokal kalau dipakai untuk membuat jenang atau dodol bisa jamuran,” ujarnya.

Sebagai pejabat pemerintah, Enggar menurut Firman seharusnya melindungi dan mendukung kreatifitas masyarakat petani dan industri, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) dalam negeri.

“Tapi ini terbalik, jutru malah melemahkan dan tidak memberikan dukungan dan semangat kepada masyarakat, khususnya petani tebu, garam, dan industri dalam negeri khususnya UKM,” sesal mantan Anggota Komisi IV DPR ini.

Firman lantas berpendapat, bahwa pernyataan Enggar tersebut sepeti pernyataan pedagang yang hanya bicara untung dan rugi. Selain itu, pernyataan tersebut juga menunjukan hanya mencari pembenaran agar impor dihalalkan dan menjadi pembenaran.

“Tetapi mafia-mafia importir yang diuntungkan dan menari diatas kesengsaraan rakyat. Pernyataan itu tanpa didasari penjelasan hasil kajian akademis yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebagai pejabat pemerintah kan sangat menyesatkan dan membunuh karakter petani,” tegasnya.

Oleh karena itu, Firman mengimbau sebaiknya sebagai pejabat pemerintah, Enggar harus lebih berhati-hati dalam membuat pernyataan kepada publik, yang bisa menyesatkan masyarakat kalau penjelasannya tidak clear.

“Dari rezim ke rezin komoditi pangan itu selalu menjadi mainan mafia pangan dan para importir. Semangat pemerintah harus dibalik. Bagaimana memperbaiki produk industri dalam negerinya, bukan justru membunuh semangat dan karakter petani dan industri dalam negeri,” imbuh mantan Wakil Ketua Baleg DPR RI ini.

Sebelumnya, Enggar memang mengatakan bahwa kegiatan impor, khususnya garam, yang dilakukan pemerintah selama ini bukan tanpa alasan. Sebab, garam lokal disebut tidak memenuhi persyaratan industri dalam negeri.

“Kementerian Perindustrian tidak mungkin meminta rekomen impor kalau bisa gunakan garam dengan NaCl yang rendah. Persoalannya, kalau garam infus diambil dari daderah Pantura, yang sudah terkontaminasi, yang ada pasien mati,” kata Enggar di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Kamis (10/1/2019).

Selain itu, Enggar juga menambahkan, garam lokal cenderung memiliki busa. Penyusutannya juga mencapai 25 hingga 30 persen. Karenanya, para pelaku industri butuh garam impor dengan kualifikasi yang baik.

“Coba nanti kalau berhenti di Cirebon dan lihat bagaimana garam rakyat diolah, Anda akan lihat itu dibersihkan isinya busa semua. Lebih dari 2 sampai 3 kali dibersihkan juga masih berbusa. Bayangkan kalau busa itu dimasukkan ke jarum infus, mati kita, dimakan aja enggak sehat,” tambahnya.

Apalagi, menurutnya, kesadaran masyarakat saat ini akan kesehatan dalam berbagai hal termasuk bahan baku yang digunakan sangat penting. Hal ini yang sering tidak dilihat oleh kalangan yang sering mempertanyakan kenapa Indonesia masih butuh impor garam.

“Kita juga enggak akan mau melakukan impor kalau tanpa alasan. Ya, doakan saja semoga penjelasan ini bisa diterima sama yang marah-marah tanpa kejelasan,” tutup Enggar.


0 Komentar