Kamis, 25 Juli 2019 08:17 WIB

Syahrul Limpo Bahas Persoalan Kepemimpinan

Editor : Yusuf Ibrahim
Syahrul Yasin Limpo. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mantan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjadi pembicara dalam The second Neuroleadership Forum (NLF) bertajuk Menggerakan Inovasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru Berbasis Human Capital Intelligence & Wisdom di Bank Indonesia Institute, Jakarta, Rabu (24/7/2019).

Dalam kesempatan itu, SYL lebih banyak membahas persoalan kepemimpinan. Bagi mantan bupati Gowa dua periode itu, salah satu ciri seorang pemimpin adalah tidak hanya meladeni dirinya sendiri.

Menurut Syahrul, pemimpin harus menjadi orang yang berani berkorban untuk orang lain demi terwujud kebaikan bersama. Pemimpin harus berani mengambil risiko dalam menghadapi suatu persoalan dan memberikan solusi yang tepat.

Dia mengatakan, saat ini Indonesia dipimpin oleh seorang pemimpin yang mempunyai visi dan mampi besar untuk kemajuan Indonesia. Ia pun mengaku mendukung upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara maju lain.

Karena itu, kata dia, Jokowi perlu diperkuat dan tidak boleh dibiarkan bekerja dan berjuang sendirian.

"Jokowi tidak ada lagi cerita, dia adalah pemimpin kita. Tugas kita adalah mengisi Jokowi agar lebih kuat, lebih baik. Jokowi harus diperkuat sehingga mengambil langkah yang tepat dan bijak. Kita tidak boleh membiarkan Jokowi sendiri,” kata Syahrul. 

Dia menjelaskan, pemimpin tidak boleh hanya meladeni dirinya sendiri, memikirkan kepentingannya sendiri atau kelompoknya, tetapi harus berani berkorban untuk kepentingan bersama atau umum. 

"Tidak boleh egois, tetapi harus bisa merangkul dan mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan,” ujarnya.

Syahrul mengaku memegang teguh empat nilai yang merupakan kebenaran selama dirinya menjadi pemimpin khusus menjadi kepala daerah di Sulsel selama 20 tahun. Pertama, kata dia, adalah nilai agama atau teologis di mana setiap agama pasti mengajarkan tentang kebaikan dan mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan.

“Kedua, nilai kebenaran sosiologis, yakni pemimpin menghadirkan manfaat bagi orang lain. Pemilih harus menjadi rahmat dan berkat bagi orang lain, bukan menjadi menjadi bencana bagi orang lain atau masyarakat,” ungkap dia.

Ketiga, kata Syahrul, pemimpin harus memegang kebenaran yuridis atau aturan yang berlaku. 

Menurut dia, pemimpin harus tahu dan taat terhadap aturan, tidak bertindak atas kemauan sendiri karena aturan tersebut dibuat untuk menjamin kepastian, ketertiban dan keadilan sehingga dijalankan oleh semua orang terutama pemimpinnya sehingga bisa memberikan contoh bagi yang lain.

“Keempat adalah nilai kebenaran kultural. Pemimpin tidak bisa lepas dari budaya soal sopan santun, kerja sama, dan gotong royong. Sehebat apa pun pemimpinnya, dia tidak bisa bekerja sendiri, dia butuhkan banyak orang dan dia butuhkan network yang kuat,” tutur dia.(ist)


0 Komentar