Senin, 14 Oktober 2019 11:57 WIB

LRT Jabodetabek Disebut Lebih Canggih dari MRT

Editor : Yusuf Ibrahim
LRT Jabodetabek. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Kehadiran light rail transit (LRT) Jakarta–Bogor–Depok–Bekasi (Jabodebek) selain menambah alternatif transportasi Ibu Kota juga menjadi bukti kemampuan sumber daya manusia (SDM) lokal dalam berkarya di industri perkeretaapian.

Apalagi LRT Jabodebek yang menelan investasi hampir Rp30 triliun itu diklaim akan lebih canggih daripada mass rapid transit (MRT) yang sudah lebih dulu beroperasi. Keberadaan LRT yang akan diuji coba mulai 18 Oktober mendatang itu pun diharapkan menjadi pilihan masyarakat dalam memanfaatkan moda transportasi umum.

"Ini (LRT) bisa diharapkan lebih canggih dari MRT, dari LRT Palembang. Saya pikir Indonesia bisa. Otomatisasinya level 3. MRT padahal masih level 2," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat menyaksikan pengangkatan kereta LRT Jabodebek yang pertama di Cibubur, Jakarta Timur, kemarin.

Luhut menekankan, proyek LRT yang menghubungkan Bekasi Timur hingga Dukuh Atas itu akan menjadi kebanggaan tersendiri karena SDM yang terlibat di dalamnya adalah putra-putri dalam negeri. Seperti diketahui, rangkaian gerbong LRT Jabodebek ini dibuat PT Industri Kereta Api (Inka). Adapun infrastrukturnya melibatkan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain, yakni PT Adhi Karya, PT LEN, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

"Sekarang anak bangsa harus bangga. Kita tahu anak Indonesia hebat. Kita ini hebat. Terima kasih juga anak-anak muda. Presiden sampaikan salam kepada mereka yang mengerjakan ini. Saya juga melihat transportasi dengan teknologi tinggi, tapi yang terpenting buatan Indonesia," kata Luhut.

Dia menambahkan, PT Inka yang menyediakan prasarana kereta dinilai cukup baik. Terlebih dari sisi teknologi kereta LRT tersebut dirancang beroperasi tanpa awak yang mengadopsi teknologi lebih maju. Kemarin Luhut bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninjau progres pembangunan LRT Jabodebek di Stasiun Harjamukti Cibubur.

Peninjauan itu bertepatan dengan prosesi pengangkatan kereta pertama LRT Jabodebek di tempat pemberhentian Stasiun Harjamukti. Sebanyak satu rangkaian (trainset) yang terdiri atas 6 kereta (car) diangkat ke atas rel menggunakan gantry crane.

Rangkaian kereta LRT tersebut dikirim dari pabrik Inka di Madiun, Jawa Timur, sejak Selasa (8/10) melalui jalur darat menggunakan 6 buah multi-axle dan memakan waktu selama empat hari. Pengiriman dilakukan melalui jalur tol trans-Jawa dan bekerja sama dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan menempuh jarak sekitar 643 km.

Selanjutnya LRT tersebut akan diset terlebih dahulu sebelum dilakukan uji coba untuk lintas koridor Cibubur–Cawang pada 18 Oktober mendatang. Proses uji coba operasional LRT ini bakal memakan waktu hingga 1 tahun. "Itu dari pengalaman LRT Palembang," kata Budi Karya Sumadi.

Pada kesempatan tersebut Budi Karya juga menyampaikan terima kasih kepada Menko Luhut atas koordinasi yang telah terlaksana. Pasalnya, kata dia, proyek LRT tidak hanya mengandalkan APBN, tetapi hasil kolaborasi dengan beberapa kementerian seperti Kementerian Perubungan dan perusahaan-perusahaan di bawah BUMN. Dia pun menegaskan LRT Jabodebek secara keseluruhan ditargetkan bisa beroperasi pada November 2021.

Budi Karya juga menerangkan, tarif LRT Jabodebek nantinya akan dipatok Rp12.000 untuk layanan Cibubur–Dukuh Atas. Tarif tersebut diterapkan setelah mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar 50%. Adapun tarif komersial LRT Jabodebek diperkirakan mencapai Rp25.000.

"Perkiraan Rp12.000 yang sudah dipertimbangkan dengan kemampuan masyarakat serta subsidi yang diberikan. Sudah subsidi karena harga komersialnya Rp25.000," ujar Budi. Dia menjelaskan, pemberlakuan tarif akan sama untuk semua jurusan. Meskipun demikian, tarif tersebut sewaktu-waktu bisa berubah seiring dengan diperluasnya jangkauan LRT hingga Bogor.

Tiga Rute

LRT Jabodebek akan melayani tiga rute, yakni Cawang–Cibubur, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, dan Cawang–Bekasi Timur. Untuk koridor Cibubur-Cawang rencananya dilakukan uji coba pengoperasian pada 18 Oktober-18 November 2019. Nantinya LRT tersebut akan bisa mengangkut 1.500 orang sekali jalan di mana satu gerbong kereta dapat mengangkut 250 orang.

LRT Jabodebek dirancang dengan headways 3 menit menggunakan model moving block. Semua rangkaiannya digerakkan secara otomatis menggunakan sensor. Teknologi ini diklaim dapat memperkecil kemungkinan terjadinya insiden.

Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan, Kementerian Perhubungan dan pemangku kepentingan lain sebaiknya tidak terburu-buru mengoperasikan LRT Jabodebek apabila belum siap secara keseluruhan.

Ini berkaca pada operasional LRT Palembang yang terkesan buru-buru karena dikejar tenggat waktu harus selesai menjelang Asian Games 2018 sehingga kurang memuaskan publik. Dia menambahkan, kondisi berbeda terjadi saat pengoperasian MRT Jakarta Maret lalu. Karena tidak ada desakan harus dioperasikan, MRT punya waktu cukup lama mulai persiapan hingga pengoperasian penuh hampir setahun.

“Supaya nantinya benar-benar siap operasi, diperlukan SDM yang mahir dan andal. Seperti sekarang sedang dilakukan oleh PT KAI bekerja sama dengan SMRT Singapura untuk mendidik sejumlah personel yang nantinya akan mengoperasikan LRT Jabodebek,” katanya.

Dia menambahkan, untuk LRT koridor Cibubur–Cawang masih memerlukan sejumlah fasilitas seperti depo untuk merawat dan menyimpan kereta ketika tidak beroperasi. Fasilitas itu, menurut dia, hingga saat ini belum ada sehingga akan memanfaatkan ujung Stasiun Harjamukti (Cibubur) untuk depo sementara (pitstop).

“Ini bisa untuk menampung dua trainset LRT. Pembangunan depo di Bekasi Timur masih terkendala pembebasan lahan,” katanya. Sebelumnya pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan uji coba LRT dimaksudkan untuk mempersiapkan operasional moda transportasi massal tersebut. Ini penting dilakukan karena sudah ada beberapa ruas baru LRT yang akan dibangun sampai 2024 mendatang.

"LRT Jakarta ruas Kelapa Gading–Rawangun saja yang sudah diujicobakan dan dievaluasi awal, jumlah penumpang justru menurun. Jadi meskipun beroperasi 2021, uji coba LRT koridor Cibubur–Cawang adalah hal wajar," kata Nirwono. Dia menambahkan, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar LRT diminati masyarakat.

Di antaranya rencana penataan dan pengembangan stasiun-stasiun LRT. Selain itu integrasi LRT dengan angkutan umum lain yang harus disiapkan dari sekarang agar menarik penumpang dan memudahkan perpindahan ke angkutan lain. "Kepastian harga tiket juga akan menentukan. Jika terlalu mahal tidak akan banyak yang mau naik," sebutnya.(ist)


0 Komentar