Senin, 27 Januari 2020 12:53 WIB

IDI Imbau Masyarakat Tak Panik dalam Hadapi Wabah Virus Corona

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat untuk tidak panik dalam menghadapi wabah Virus Corona yang berawal dari Kota Wuhan, China yang kini menyebar ke sejumlah negara.

Namun demikian, masyarakat harus tetap waspada terutama bila mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernafas agar segera mencari pertolongan ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Selain itu, IDI juga meminta masyarakat melakukan dan meningkatkan gaya hidup sehat seperti, menjaga kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang mulut, hidung dan mata, serta setelah memegang instalasi publik. Caranya dengan mencuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir setidaknya selama 20 detik.

”Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, dapat menggunakan sanitizer alkohol 70-80%," kata Ketua Umum IDI, Daeng M Faqih dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/1/2020). 

Langkah lainnya yaitu menghindari mengusap mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan, menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika bersin atau batuk, menggunakan masker dan segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan ketika memiliki gejala saluran napas.


Bagi yang sedang sakit juga dianjurkan untuk istirahat cukup, menjaga kesehatan dengan mengonsumsi buah dan sayur minimal 3 kali perhari dan makan makanan bergizi. "Hindari kontak dekat dengan orang yang sakit infeksi saluran napas, sering mencuci tangan, khususnya setelah kontak dengan pasien dan lingkungannya. Hindari menyentuh hewan atau unggas atau hewan liar (wild animals)," katanya.

Tidak hanya itu, dia juga meminta masyarakat untuk selalu mematuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan. "Jika merasa kesehatan tidak nyaman ketika di daerah outbreak terutama demam atau batuk, gunakan masker dan cari layanan kesehatan," katanya.

Setelah kembali dari daerah outbreak, kata dia, disarankan untuk konsultasi ke dokter jika terdapat gejala demam atau gejala lain dan beritahu dokter riwayat perjalanan serta gunakan masker untuk mencegah penularan penyakit. ”Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru,” katanya.

Pneumonia dapat menyerang siapa aja, seperti anak-anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia, namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia. Angka kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang.

Dia menyebutkan, pneumonia dibagi menjadi tiga yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas, hospital acquired pneumonia (HAP) dan ventilator associated pneumonia (VAP), dibedakan berdasarkan darimana sumber infeksi dari pneumonia. Pneumonia yang sering terjadi dan dapat bersifat serius bahkan kematian yaitu pneumonia komunitas.

Saat ini, sedang terjadi kasus-kasus pneumonia berat yang bermula dari adanya laporan kasus di Kota Wuhan, China. Penyebabnya adalah coronavirus jenis baru yang dikenal sebagai Novel Coronavirus (2019-nCOV). Kasus-kasus ini kemudian meningkat cepat. Hingga 23 Januari 2020 dilaporkan telah mencapai 830 lebih kasus diseluruh dunia dan 25 orang meninggal dunia.

Selain di Wuhan, beberapa negara melaporkan kasus-kasus suspek serupa dengan di Wuhan yaitu di Thailand, Hong Kong, Macau, Jepang, Vietnam, Singapura, Korea Selatan dan AS. Namun, WHO belum merekomendasikan secara spesifik untuk traveler atau restriksi perdagangan dengan China. Saat ini, WHO masih terus melakukan pengamatan.

Gejala yang muncul pada pneumonia ini, kata dia, mirip dengan pneumonia pada umumnya di antaranya, demam, lemas, batuk kering dan sesak atau kesulitan bernapas. "Perlu diwaspadai pada orang dengan usia lanjut dan balita. Pada orang dengan lanjut usia atau memiliki penyakit penyerta lain, memiliki risiko lebih tinggi untuk memperberat kondisi," paparnya.

Dia menyebut, masa inkubasi pada penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun rata-rata gejala timbul setelan 2-14 hari. Metode transmisi belum diketahui dengan pasti pula. Awalnya virus ini diduga bersumber dari hewan. Namun ternyata telah ditemukan penularan dari manusia ke manusia.

”Terkait pencegahan, belum ada vaksin untuk mencegah kasus ini karena pneumonia pada kasus outbreak saat ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru,” ucapnya.(ist)


0 Komentar