Jumat, 10 April 2020 12:58 WIB

Ilmuwan Sebut Corona Jauh Lebih Menular dari SARS, Ini Penjelasannya

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Baru-baru ini para ilmuwan di Jerman mengungkap bahwa virus corona atau COVID-19 dapat dengan cepat mereplikasi di dalam tenggorokan seseorang.

Hal ini membuat ia lebih mudah ditularkan dari satu orang ke orang lain jika dibandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).

Mengutip South China Morning Post, penelitian yang diterbitkan di Nature pada 1 April ini dilakukan oleh tim dari Berlin, Munich, dan Cambridge berdasarkan pada perawatan klinis sembilan pasien virus Corona COVID-19.

Menurut tim yang dipimpin oleh Christian Drosten dari Charité University Hospital di Berlin dan Clemens Wendtner dari Klinik Schwabing di Munich, temuan bahwa virus Corona baru dapat dengan mudah menyebar melalui tetesan atau droplet menunjukkan bahwa metode penularan ini harus menjadi fokus tindakan penahanan.

Penilaian ini juga muncul ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menyebut bahwa penggunaan masker wajah di masyarakat umum dapat membantu menghentikan penularan dari manusia ke manusia.

Sembilan pasien yang diteliti dari usia muda hingga setengah baya di rumah sakit di Munich. Swab tenggorokan yang diambil pada minggu pertama gejala pasien semuanya dinyatakan positif. Namun kurang dari 40 persen sampel swab untuk pasien di tahap yang sama dengan SARS hasil positif.

"Juga, viral load (banyaknya virus) sangat berbeda (antara virus SARS dan COVID-19). Dalam penelitian ini, konsentrasi puncak dicapai sebelum hari ke 5, dan lebih dari 1.000 kali lebih tinggi dari puncak SARS," para peneliti mengatakan.

"Keberhasilan isolasi virus hidup dari swab tenggorokan adalah perbedaan mencolok lainnya dari SARS, di mana isolasi seperti itu jarang berhasil. Secara keseluruhan ini menunjukkan replikasi virus aktif di jaringan saluran pernapasan bagian atas," sebut mereka.

Seperti SARS, virus Corona memiliki protein lonjakan yang membantunya menyatu dengan reseptor sel manusia, disebut ACE2, yang memungkinkan virus masuk ke jaringan. Reseptor semacam itu lebih sering terjadi pada saluran pernapasan bagian bawah, yang menurut para ilmuwan menjelaskan infeksi paru-paru sering terjadi pada pasien SARS dan COVID-19.

Para peneliti menambahkan bahwa mereka menemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus dapat bereplikasi tidak hanya di paru-paru tetapi juga tenggorokan pasien. Studi tersebut mengatakan virus Corona baru memiliki sifat yang mirip dengan virus SARS dalam hal replikasi di paru-paru dan saluran pencernaan. Tetapi virus Corona baru jauh lebih menular karena masuk melalui saluran pernapasan bagian atas di hari-hari awal mereka terinfeksi.(ist)


0 Komentar