Senin, 13 Juli 2020 20:33 WIB

Sandiaga Ingatkan para Orang Tua Selalu Kontrol dan Bimbing Anak dalam Proses Belajar

Editor : Yusuf Ibrahim
Sandiaga Salahudin Uno. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Munculnya wabah virus Corona (Covid-19) tidak saja berdampak terhadap kesehatan dan ekonomi, tapi juga di sektor pendidikan.

Bahkan sampai saat ini pemerintah belum mengizinkan sekolah-sekolah untuk melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka demi mencegah penularan virus tersebut.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Salahudin Uno menilai, dengan adanya wabah ini sektor pendidikan juga harus melakukan penyesuaian, agar proses belajar mengajar tetap dapat dilaksanakan salah satunya metode study from home dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini.

"Pandemi kali ini menghantam kita di era Indonesia modern di Era kita masuk ke revolusi industri 4.0. Ini adalah kesempatan kita untuk mempercepat terutama pendidikan bahwa semua lini pendidikan harus dapat menjalankan konsep study from home," kata Sandi, Senin (13/7/2020).

Meski bisa belajar dari rumah dengan bantuan teknologi, Sandi mengingatkan, agar para orang tua selalu mengontrol dan membimbing anak-anaknya dalam proses belajar.

"Tentunya kita tidak bisa melepas mereka dengan teknologi. Kita harus berikan bimbing agar teknologi itu membantu mereka dalam meningkatkan kapasitas, proses belajar dan mengajar," jelas Sandiaga.

Sandi mengingatkan, ke depan selama virus ini masih ada masyarakat terutama guru dan murid harus terbiasa dengan kebiasaan baru saat sekolah-sekolah mulai dibuka pada masa new normal atau normal baru.

"Kita tidak bisa lari dari kenyataan ini bahwa suatu realita baru, new normal itu kita harus terbiasa dengan dengan hal-hal yang dulu kita tidak terbiasa misalnya kita sekrang menggunakan masker, juga selalu menjaga kebersihan dengan hand sanitizer dan terbiasa mencuci tangan, tidak bersalaman, tidak berpelukan," katanya.

"Saya yakin pandemi covid-19 memberikan satu ujian bagi sistim pendidikan kita untuk beradaptasi dan bukan hanya murid, tapi guru juga beradaptasi, orang tua juga beradaptasi, lingkungan juga beradaptasi," lanjut dia.

Dalam kesempatan ini, Sandi juga mengingatkan ke depan, sistem pendidikan akan berubah. Pendidikan akan lebih mengarah pada vokasi atau peningkatan keterampilan sambil praktik.

"Dulu kita mulai masuk SMP, SMA, Kuliah dan bekerja sudah berganti. Kita akan masuk kedalam konsep dimana kuliah sambil kerja, vokasi sambil kerja. Akhirnya pendidikan itu menjadi life long learning, tidak hanya 18-20 tahun. Dengan adanya covid ini edukasi kita terutama experience learning akan sangat relevan," ujarnya.

Sandi beralasan, dengan sistem yang demikian akan menuntut setiap orang untuk terus belajar karena perkembangan teknologi yang bergerak begitu cepat. "Mungkin umur 30 tahun teknologi sudah berubah. Sehingga hal-hal yang kita pelajari pada saat 17 tahun sudah berganti total," katanya.

Sebelumnya Sandi juga mengingatkan, bonus demografi yang terjadi di Indonesia pada 2030-2040 bisa menjadi bencana demografi bila tidak ada melakukan investasi di sektor pendidikan.

Dia memaparkan, bahwa penduduk Indonesia yang tahun 2019 ini berusia 7 tahun, rata-rata mereka berharap bisa mengikuti pendidikan 12 tahun atau hanya hanya lulusan SMA-sederajat.

"Bonus demografi itu akan berubah menjadi bencana demografi kalau kita enggak bisa ubah bahwa mayoritas anak usia 7 tahun ini cuma dapat pendidikan 12 tahun kedepan," jelas Sandi.

Sandi berharap pemerintah dan semua pihak benar-benar memikirkan masa depan mereka, sehingga bonus demografi menjadi peluang dan cita-cita Indonesia Emas 2045 terwujud.

"Mereka harus dapat kesempatan pendidikannya minimal sampai S1 (sarjana) selesai, dan sebagian S2 (magister) dan akhirnya S3 (doktor). Jadi bonus demografi itu bisa jadi bencana kalau kita gak invest di pendidikan. Jadi kita harus berikan kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi," harap Sandi.(ist)


0 Komentar