Rabu, 15 Desember 2021 12:37 WIB

Vaksin BUMN Tahap Prauji Klinik, Ditarget Rampung Pertengahan Tahun Depan

Editor : Yusuf Ibrahim
Vaksinasi Covid-19. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com-Induk Holding BUMN Farmasi Bio Farma telah mulai membuat vaksin sendiri, namanya Vaksin BUMN.

Vaksin tersebut saat ini baru mulai pada tahap proses prauji klinik dan diharapkan seluruhnya rampung pertengahan tahun depan.

Produksi vaksin ini akan dikerjakan secara mandiri dari hulu hingga hilir sesuai dengan harapan dari Menteri BUMN Erick Thohir. Penelitian vaksin Covid-19 merupakan hasil kolaborasi global Bio Farma bersama Baylor College of Medicine, USA.

Vaksin tersebut saat ini sudah terdaftar di tahap pengembangan kandidat vaksin WHO Covid-19 sejak Juni 2021. Vaksin BUMN ini merupakan buatan Indonesia dan akan menggunakan metode Subunit Protein Rekombinan (protein Receptor Binding Domain/RDB).

Menurut Dirut Bio Farma Honesti Basyir, pembuatan vaksin BUMN ini bertujuan untuk mendukung kemandirian Indonesia dalam memproduksi vaksin Covid-19. Hal itu mengingat Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 dalam jumlah cukup besar, hingga 208 juta penduduk. Jumlah ini belum termasuk vaksin Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun.

"Vaksin BUMN akan diskenariokan menjadi vaksin dengan adjuvant alum untuk indikasi booster (dosis ketiga). Serta sebagai vaksin primer (untuk pemberian dosis pertama dan kedua). Untuk primer, menggunakan formula dengan novel adjuvant (alum + CpG)," katanya.

Perbedaan mendasar pada kedua vaksin ini adalah dari adjuvant atau bahan tambahan untuk memperkuat dan/atau memodulasi respons imun terhadap antigen. Pada vaksin primer, diberikan adjuvant alum dan CpG yang akan bertujuan untuk mengurangi dosis vaksin dan frekuensi. Dengan demikian diharapkan untuk vaksinasi primer cukup diberikan sebanyak dua kali.

Honesti Basyir mengatakan, setiap vaksin jenis baru untuk penyakit baru, harus melalui tahapan-tahapan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Juga harus benar-benar dilakukan secara hati-hati, dengan memperhatikan unsur, keamanan, khasiat atau efikasi, dan mutu dari vaksin demikian juga dengan Vaksin BUMN.

"Dalam kondisi normal, satu jenis vaksin bisa dikembangkan dalam waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 10 tahun. Namun dalam kondisi darurat seperti saat ini, penelitian vaksin Covid-19 bisa dilakukan akselerasi, dengan tetap memperhatikan standar keamanan, khasiat, atau efikasi, dan mutu yang dikeluarkan oleh Badan POM," katanya.(kah)


0 Komentar